
Headline24jam.com – Musim hujan di Indonesia untuk periode 2025/2026 diperkirakan akan datang lebih awal, dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa hujan akan berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026.
Prediksi Musim Hujan
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyatakan bahwa fenomena iklim global memengaruhi waktu dan intensitas musim hujan ini. Pada Agustus 2025, kondisi El Niño–Southern Oscillation (ENSO) berada dalam fase netral, sedangkan Indian Ocean Dipole (IOD) menunjukkan kondisi negatif, yang memungkinkan pasokan uap air dari Samudra Hindia ke wilayah barat Indonesia.
Suhu Permukaan Laut
Suhu permukaan laut di sekitar Indonesia tercatat lebih hangat dari rata-rata, yang berdampak pada terbentuknya awan hujan yang lebih intensif. ENSO netral diprediksi bertahan hingga akhir tahun 2025.
Manfaat untuk Pertanian
Ardhasena menambahkan, kondisi musim hujan yang maju ini memberikan kesempatan bagi para petani untuk menyesuaikan pola tanam dan meningkatkan produktivitas guna mendukung swasembada pangan.
Rincian Musim Hujan
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa puncak hujan akan bervariasi di masing-masing wilayah. Bagian Sumatera dan Kalimantan diprediksi akan mengalami puncak hujan pada November hingga Desember 2025, sedangkan di Pulau Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua, puncak diperkirakan akan terjadi pada Januari hingga Februari 2026.
Dari 699 Zona Musim (ZOM), sebanyak 294 wilayah (42,1%) diperkirakan akan mengalami musim hujan lebih awal. Beberapa contohnya:
- September 2025: 79 ZOM, termasuk Sumatera Utara dan Kalimantan Selatan.
- Oktober 2025: 149 ZOM, meliputi sebagian besar Pulau Jawa dan Bali.
- November 2025: 105 ZOM, mencakup NTB dan NTT.
Potensi Bencana Alam
Meski sebagian besar curah hujan diperkirakan normal, BMKG juga menyoroti bahwa 193 ZOM (27,6%) mungkin mengalami curah hujan di atas rata-rata.
Dwikorita memperingatkan tentang potensi ancaman hidrometeorologi, termasuk banjir, tanah longsor, dan angin kencang, terutama di wilayah dengan curah hujan tinggi.
Rekomendasi Penyesuaian
Kemudian, BMKG mengimbau sejumlah sektor untuk bersiap menghadapi kondisi ini:
- Pertanian: Penyesuaian kalendar tanam dan penggunaan varietas tahan genangan.
- Perkebunan: Meningkatkan pengendalian hama dan perbaikan irigasi.
- Energi: Optimalisasi pengisian waduk sejak awal musim.
- Kebencanaan: Meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir dan longsor, serta risiko penyakit tropis.
Dwikorita menekankan pentingnya informasi iklim dan cuaca yang telah ditingkatkan layanan pemberiannya melalui aplikasi mobile dan media sosial untuk membantu warga dalam perencanaan dan mitigasi.