
Headline24jam.com – Ardina Rasti baru-baru ini menceritakan pengalaman pahitnya setelah mengalami kecelakaan saat syuting sinetron FTV. Kejadian yang terjadi hampir empat bulan yang lalu itu mengakibatkan ligamennya robek tingkat 2. Meskipun mengalami cedera, Ardina tetap melanjutkan syuting, menunjukkan profesionalisme tinggi.
Kecelakaan saat Syuting
Kecelakaan tersebut terjadi saat Ardina berada di hari kedua syuting. Ia terjatuh saat melakukan adegan berlari karena kakinya terjebak pada pancang besi, yang mengakibatkan tubuhnya terpelintir dan jatuh. “Menurut dokter, ligamen saya robek tingkat 2,” ungkapnya di Trans TV, Tendean, Jakarta Selatan.
Dedikasi dalam Bekerja
Walau cedera, Ardina menolak untuk menghentikan syuting. Dalam proses syuting, ia menggunakan kursi roda dan tongkat untuk tetap memenuhi tanggung jawabnya kepada kru. “Dua minggu saya menggunakan kursi roda dan tiga bulan pemulihan dengan tongkat. Saat ada adegan berdiri, saya berdiri, sisanya menggunakan kursi roda,” jelas Ardina.
Persiapan Album Baru
Tidak hanya syuting, Ardina juga menyibukkan diri dengan persiapan album baru. Meski kondisi fisiknya masih dalam pemulihan, ia tetap berkomitmen untuk melakukan rekaman meski harus menggunakan kursi roda. “Saya melanjutkan rekaman dengan kursi roda dan tongkat,” tuturnya.
Dukungan dari Suami
Selama masa pemulihan, Ardina merasakan dukungan penuh dari suaminya yang selalu mendampinginya, baik di sesi fisioterapi maupun membantu aktivitas sehari-hari. “Suami saya bolak-balik menemani fisioterapi dan membantu aktivitas saya,” ujarnya, penuh rasa syukur.
Pelajaran Berharga
Kini, meskipun sudah bisa beraktivitas tanpa tongkat, Ardina mengaku lebih berhati-hati. Ia tidak trauma berlari, tetapi selalu ekstra waspada, terutama saat turun tangga. “Saya menjadi lebih hati-hati dan bersyukur atas hal-hal kecil,” katanya.
Cedera yang dialami menjadi pengingat bagi Ardina tentang pentingnya menikmati momen-momen sederhana. “Saya merasakan nikmat bisa sholat berdiri setelah sebulan hanya bisa duduk. Hal-hal kecil menjadi anugerah besar bagi saya,” tutupnya.
Penutup
Ardina Rasti menunjukkan ketangguhan dan profesionalisme yang tinggi meski dalam keadaan sulit. Ceritanya bukan hanya tentang perjuangan, tetapi juga tentang dedikasi dan makna dari setiap momen dalam hidup.