Headline24jam.com – Penelitian terbaru menunjukkan kemungkinan kembalinya “Blob,” gelombang panas laut yang berulang di Samudra Pasifik, yang dapat berdampak negatif pada ekosistem makanan laut di wilayah pesisir. Data suhu permukaan laut global pada Agustus 2025 mengindikasikan bahwa fenomena ini dapat kembali mengganggu rantai makanan laut.
Suhu Permukaan Laut Mencapai Rekor Tinggi
Menurut layanan perubahan iklim Copernicus Uni Eropa, suhu rata-rata permukaan laut antara lintang 60 derajat selatan dan 60 derajat utara mencapai 20,82°C (69,47°F), merupakan angka ketiga tertinggi sejak pencatatan data dimulai. Ini hanya 0,16°C (0,288°F) di bawah rekor Agustus 2023.
Area Panas di Samudra Pasifik
Mayoritas bagian utara Samudra Pasifik dilaporkan sebagai area panas, dengan banyak bagian laut yang jauh lebih hangat dari rata-rata, dan beberapa mencatat suhu tertinggi sepanjang masa. Beberapa laporan media memperingatkan bahwa kondisi ini mungkin berarti bahwa kekuasaan Blob akan berlanjut dan mungkin lebih luas dibanding sebelumnya, mencakup wilayah seluas sekitar 8.000 kilometer (5.000 mil) dari Alaska hingga Jepang.
Apa Itu Blob?
Blob adalah kumpulan air hangat di Samudra Pasifik Utara yang berfungsi sebagai gelombang panas laut. Suhu di area ini dapat meningkat antara 2,5°C (4,5°F) hingga 5,5°C (10°F) lebih tinggi dari biasanya pada waktu tertentu dalam setahun.
Penyebab Kembalinya Blob
Menurut National Park Service, Blob disebabkan oleh kombinasi suhu udara yang lebih hangat, perubahan pola kecepatan dan arah angin, serta adanya massa air hangat yang persisten di sepanjang garis khatulistiwa yang dikenal sebagai El Niño-Southern Oscillation (ENSO). Fenomena ini sangat tidak biasa dan belum pernah terlihat dalam catatan iklim di wilayah tersebut.
Dampak Pada Ekosistem Laut
Blob pertama kali tercatat pada akhir 2013, dengan luas hingga 1.600 kilometer (1.000 mil) dan kedalaman hampir 100 meter (lebih dari 300 kaki). Antara 2013 dan 2018, Blob terpecah menjadi tiga massa terpisah. Dalam 2019, suhu Samudra Pasifik kembali meningkat dengan sebutan “Blob 2.0”.
Ancaman bagi Kehidupan Laut
Jika Blob kembali, dampaknya bisa sangat merugikan bagi kehidupan laut. Air hangat menghambat pertumbuhan plankton, yang merupakan dasar dari rantai makanan laut. Penurunan plankton akan memengaruhi jumlah ikan kecil, burung laut, dan mamalia laut yang bergantung pada mereka.
Sebuah studi menemukan bahwa hingga 4 juta burung laut, terutama murre biasa, mati selama kejadian Blob tahun 2014 dan 2016, mencatatkan satu dari kematian spesies paling parah dalam sejarah modern dengan lebih dari 62.000 bangkai ditemukan di pantai Alaska pada akhir 2016.
Ramalan untuk 2025 dan Dampaknya
Sampai saat ini, dampak jangka panjang pada pola cuaca di wilayah Pasifik masih belum jelas. Namun, jika berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, dampak ini dapat meluas, mempengaruhi pola cuaca Pasifik dan sistem iklim global di daerah lainnya.