
Headline24jam.com – Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa teknologi canggih yang digunakan untuk melacak pergerakan lumba-lumba Hector menunjukkan keahlian akrobatik yang menakjubkan di bawah perairan Selandia Baru. Dengan panjang hanya 1,4 meter,lumba-lumba ini merupakan spesies terkecil di laut yang terancam punah.
Subspecies dan Status Konservasi
Lumba-lumba Hector terbagi menjadi dua subspecies: Māui, yang terancam punah secara kritis, dan Hector di Pulau Selatan dengan populasi sekitar 15.000 individu. Penelitian ini dilakukan oleh ahli biologi dari Universitas Auckland dengan tujuan untuk memahami perilaku dan ancaman yang dihadapi oleh spesies ini.
Teknik Pelacakan dan Temuan
Dalam studi ini, 11 individu Hector di Teluk Cloudy dilacak menggunakan DTAG, perangkat canggih yang merekam gerakan lembut mereka dengan cara menempel menggunakan cangkir hisap. Hasilnya menunjukkan bahwa lumba-lumba ini mahir melakukan flip akrobatik, gulungan, dan terjun hingga kedalaman 120 meter.
Pola Perilaku Makan
Perilaku akrobatik mereka tampaknya terkait erat dengan cara mereka mencari makan. Saat berada dekat dasar laut, mereka bergerak dengan tenang, berbaring untuk menangkap ikan pipih dan cod. Namun, ketika berenang di kedalaman menengah, gerakan mereka lebih energik dengan penggunaan gulungan untuk menangkap ikan kecil.
Jarak Tempuh yang Menakjubkan
Meskipun ukurannya kecil, lumba-lumba ini mampu menempuh jarak yang signifikan. Satu individu dilacak sejauh 15 kilometer di sepanjang pantai Pulau Selatan.
Ancaman dan Perlindungan
Studi ini bertujuan lebih dari sekadar menangkap perilaku akrobatik mereka. Lumba-lumba Hector sering sekali terjebak dalam peralatan pancing, yang merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup mereka. Dengan memahami perilaku mereka, para peneliti berharap dapat merancang strategi untuk melindungi mereka lebih baik.
“Sangat penting untuk melanjutkan penelitian ini untuk memahami bagaimana meminimalkan risiko bagi lumba-lumba dan memahami perilaku mereka di tempat lain,” kata Profesor Rochelle Constantine, salah satu peneliti utama.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Conservation Letters.