
Headline24jam.com – Ethereum mengalami shakeout pasar signifikan pada 22 hingga 23 September 2025, dengan sekitar $375 juta dalam likuidasi ETH dan penurunan harga mingguan sebesar 7%. Peristiwa ini melibatkan $1,65 miliar likuidasi posisi panjang di seluruh crypto, di mana ETH mencatat kerugian lebih besar dibandingkan Bitcoin.
Penyebab Penurunan ETH
Salah satu faktor utama yang memengaruhi penurunan harga ETH adalah tingginya eksposur posisi long. Sekitar 93,7% likuidasi BTC berasal dari posisi panjang, yang menyebabkan penjualan paksa di pasar ETH. Data dari bursa dan derivatif menunjukkan adanya panggilan margin yang terkonsentrasi, sementara arus masuk stablecoin, khususnya deposito $1 miliar USDT, mengubah dinamika likuiditas jangka pendek.
Pengaruh Likuiditas dan Pembelian Institusi
Selama periode shakeout, Tether menambahkan $1 miliar USDT ke jaringan Ethereum. Likuiditas stablecoin ini penting karena dapat memberikan daya beli langsung di platform perdagangan, berpotensi menyerap penjualan paksa atau menstimulasi rally penutupan posisi pendek jika trader mengalihkan modal mereka.
BitMine, sebuah perusahaan penambangan yang terdaftar di Nasdaq, merespons dengan membeli 264.378 ETH, sehingga total akumulasinya mencapai 2,416 juta ETH. Perusahaan ini juga mengumumkan penggalangan dana ekuitas senilai $365 juta yang bisa menghasilkan hingga $1,28 miliar untuk memperluas kepemilikan ETH.
Apa yang Harus Dipantau Selanjutnya?
Analisis menunjukkan bahwa kondisi saat ini bisa menciptakan dua kemungkinan. Pertama, ada peluang pemulihan harga ETH yang didorong oleh pembeli yang muncul di pasar dan akumulasi institucional. Kedua, potensi terjadinya short squeeze jika posisi leverage tetap tinggi dan likuidasi berlanjut. Trader disarankan untuk memantau saldo bursa, arus USDT on-chain, dan rasio ETH/BTC sebagai petunjuk arah pasar selanjutnya.