
Headline24jam.com – Di Amerika, hanya tersisa 18 ekor serigala merah, salah satu mamalia paling langka di dunia, menurut laporan Wolf Conservation Center pada Agustus 2025. Spesies yang dikenal dengan nama ilmiah Canis rufus ini dulunya memiliki jangkauan habitat yang luas, mulai dari tenggara Texas hingga Pennsylvania tengah, namun kini terancam punah akibat kehilangan habitat dan persekusi.
Kebingungan tentang Status Spesies
Pertanyaan mengenai apakah serigala merah benar-benar merupakan spesies unik atau hasil persilangan antara serigala abu-abu (Canis lupus) dan coyote (Canis latrans) masih menjadi perdebatan. National Academy of Sciences pada 2019 memutuskan untuk menyelidiki tiga pertanyaan penting mengenai status genetik serigala merah.
- Apakah ada bukti bahwa populasi sejarah serigala merah merupakan garis keturunan yang berbeda dari canids lainnya?
- Apakah populasi serigala merah yang kini ada di penangkaran mewakili garis keturunan canids yang berbeda dari serigala abu-abu dan coyote?
- Apakah terdapat bukti kontinuitas genetik antara populasi sejarah serigala merah dan populasi yang ada saat ini?
Dalam laporan tersebut, penulis menjawab “ya” untuk dua pertanyaan awal. Pada pertanyaan ketiga, mereka menyimpulkan bahwa ada bukti bahwa populasi yang ada saat ini memiliki sebagian dari nenek moyang serigala merah historis, yang mendukung status spesiesnya.
Mempertahankan Status dan Perlindungan
“Temuan ini memperkuat penetapan taksonomi serigala merah dan menguatkan upaya konservasi serta pemulihan mereka,” tulis laporan itu. Namun, mereka juga menekankan bahwa data genetik tambahan dari spesimen sejarah mungkin dapat mengubah penilaian ini.
Sunny Murphy, peneliti dari Wolf Conservation Center, menjelaskan, “Diskusi ini berakar pada usaha untuk mendiskreditkan upaya konservasi.” Murphy menambahkan bahwa status spesies penting agar dilindungi oleh Undang-Undang Spesies Terancam Punah.
Sejarah dan Konsekuensi Hibridisasi
Hibridisasi antara serigala merah dan coyote diyakini dimulai antara tahun 1920-an hingga 1940-an di Gulf Coast. “Ketika coyote masuk, itu adalah awal dari potensi hibridisasi antara spesies ini,” ujar Murphy. Meskipun hibridisasi bisa mengancam integritas genetik suatu spesies, hal itu tidak membatalkan status spesies asal.
“National Academy of Sciences sendiri menyatakan bahwa sejarah hibridisasi tidak membatalkan status spesies. Ada berbagai tulisan yang mendokumentasikan keberadaan serigala merah di daerah Alabama pada awal 1900-an,” tambahnya.
Perbedaan Fisik dan Genetik
Serigala merah memiliki perbedaan fisik yang cukup mencolok dibandingkan coyote. Rata-rata, serigala merah memiliki ukuran dua kali lipat dari coyote. Sementara coyote biasanya lebih ringan, serigala merah bisa mencapai berat dua kali lipatnya.
Upaya meningkatkan keragaman genetik serigala merah juga dilakukan, dengan Colossal Biosciences berhasil menghasilkan empat klon anak serigala bernama Hope, Blaze, Cinder, dan Ash. Namun, mereka juga berusaha mendefinisikan ulang garis batas genetika untuk menyertakan canids di Gulf Coast, yang dapat merusak taksonomi yang telah ada.
“Banyak faktor yang membedakan spesies, termasuk morfologi dan perilaku. Serigala merah menunjukkan perilaku yang sangat berbeda dari coyote terkait dengan area jelajah, vokalisasi, dan pemilihan mangsa,” jelas Murphy.
Melalui penelitian yang terus dilakukan oleh Wolf Conservation Center, jelas bahwa perdebatan mengenai definisi spesies akan terus berlanjut, namun penting untuk tetap fokus pada pemulihan dan perlindungan serigala merah.