
Headline24jam.com – Penelitian terbaru mengungkapkan temuan mencemaskan mengenai hiu air tawar yang terancam punah, yaitu lumba-lumba Sungai Indus. Tim ilmuwan internasional menemukan mikroplastik di dalam saluran pencernaan lima individu lumba-lumba tersebut yang terdampar antara tahun 2019 dan 2022 di Pakistan, menyoroti dampak serius dari pencemaran plastik terhadap spesies yang terancam punah ini.
Lumba-lumba Indus: Spesies Langka yang Terancam
Lumba-lumba Sungai Indus (Platanista minor) merupakan salah satu spesies air tawar yang kini terancam punah, dengan populasi utama berada di Pakistan dan jumlah kecil di India. Spesies unik ini telah beradaptasi dengan baik terhadap kondisi sungai yang keruh, mengakibatkan mereka kehilangan fungsi penglihatan, sehingga dianggap buta fungsional.
Berdasarkan catatan IUCN, spesies ini kini terdaftar sebagai “terancam” akibat dampak pembangunan bendungan yang menyekat jalur migrasi mereka. Namun, pencemaran juga menjadi ancaman baru yang sama seriusnya.
Sungai Indus: Salah Satu Sungai Paling Tercemar di Dunia
Sungai Indus adalah salah satu sungai paling tercemar di dunia, mengangkut limbah industri, bahan kimia, dan polutan dari permukiman di sekitarnya. Terlebih lagi, sungai ini juga berada di peringkat kedua dalam daftar sepuluh sungai yang menyuplai hampir 90 persen plastik yang mencemari lautan.
Temuan Mengkhawatirkan Dari Penelitian
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS One, para peneliti menemukan ratusan partikel dan serat mikroplastik di saluran pencernaan setiap lumba-lumba yang diteliti. “Kuantitas mikroplastik yang ditemukan sangat mengkhawatirkan, dengan jumlahnya berkisar antara 184 hingga 429, rata-rata 286 partikel per individu,” ungkap tim peneliti.
Mikroplastik yang paling banyak terdeteksi adalah polyethylene terephthalate (PET), diikuti oleh polyphenylene sulfide (PPS) dan polyester (PES). Plastik ini umumnya berasal dari sektor tekstil, kemasan, limbah air, serta perikanan.
Dampak Terhadap Ekosistem dan Kesehatan Manusia
Peneliti juga mencatat bahwa mikroplastik tersebut ditemukan dalam ikan yang dikonsumsi oleh lumba-lumba, menunjukkan bahwa kontaminan ini merambah rantai makanan. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai kesehatan ekosistem sungai serta komunitas manusia yang bergantung pada ikan dari sungai tersebut.
Meskipun dampak kesehatan spesifik mikroplastik pada lumba-lumba ini masih perlu diteliti lebih lanjut, efek negatif seperti masalah pencernaan dan dampak reproduksi telah terbukti dalam hewan lain. Untuk spesies yang sudah terancam ini, tambahan beban pencemaran adalah ancaman serius.
Melalui penelitian ini, kita diingatkan bahwa pencemaran plastik ternyata tak hanya berdampak pada laut, tetapi juga pada spesies air tawar yang kita anggap aman. Keberlangsungan hidup lumba-lumba Indus kini lebih terancam daripada sebelumnya.