
Headline24jam.com – Sejumlah negara di Asia Timur, termasuk China, Hong Kong, Taiwan, dan Filipina, tengah menghadapi bencana besar akibat Topan Ragasa. Badai dahsyat ini telah mengklaim 14 nyawa dan menyebabkan 124 orang lainnya hilang. Dengan situasi yang semakin serius, pemerintah China bahkan terpaksa menutup sekolah dan kampus di sepuluh kota.
Menurut laporan dari lembaga cuaca nasional China, Topan Ragasa dinyatakan sebagai salah satu badai terkuat yang telah melanda kawasan tersebut dalam beberapa tahun terakhir. “Kami langsung mengeluarkan keputusan untuk menutup institusi pendidikan demi keselamatan,” ujar seorang pejabat daerah dalam konferensi pers.
Dampak Ekonomi dan Cuaca di Indonesia
Tidak hanya itu, badai ini pun berpotensi memberikan dampak tidak langsung pada cuaca di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan adanya potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang di wilayah Maluku, Papua, hingga Sulawesi. “Hati-hati, masyarakat harus waspada,” kata salah satu petugas BMKG, menambahkan bahwa kondisi cuaca bisa berubah sewaktu-waktu.
Mengacu kepada Forbes, Topan Ragasa dicatat sebagai badai tropis terkuat yang terjadi sepanjang tahun ini. Badai tropis sendiri adalah fenomena yang terjadi akibat pemanasan air laut tropis, mengakibatkan terbentuknya pusaran angin dengan hujan lebat.
Negara Rawan Badai Tropis
Ada sepuluh negara yang masuk dalam kategori rentan mengalami badai tropis. Berikut ini adalah daftar negara tersebut:
- China
- Jepang
- Meksiko
- Amerika Serikat
- Filipina
- Taiwan
- Australia
- Vietnam
- Madagaskar
- Kuba
Mengapa negara-negara ini sering menjadi sasaran badai? Ternyata, sejumah negara di Asia Timur dan Asia Tenggara, seperti China dan Filipina, terletak di Cekungan Pasifik Barat Laut, yang merupakan area paling aktif untuk siklon tropis. “Kondisi geografis memang sangat berpengaruh,” ungkap seorang ahli meteorologi dalam wawancara.
Untuk Meksiko dan Amerika Serikat, keberadaan mereka di Cekungan Atlantik dan Pasifik Timur Laut menyebabkan mereka rentan akan badai siklon tropis. Sementara itu, Kuba sering dilanda badai dari siklon Atlantik yang berasal dari lepas pantai Afrika dan bergerak menuju Karibia.
Bagi Australia, badai yang sering mereka hadapi sebagian besar adalah siklon yang berasal dari Samudra Hindia dan Pasifik Selatan. “Kita tidak bisa menyepelekan cuaca,” tambah seorang pakar cuaca yang ramah, mengingatkan pentingnya memahami pola cuaca demi keselamatan masyarakat.
Dengan semua informasi ini, masyarakat di wilayah-wilayah terdampak diharapkan untuk tetap waspada dan mengikuti petunjuk resmi dari pemerintah setempat guna mengatasi situasi yang kritis ini.