
Headline24jam.com – Sebuah objek dari luar Tata Surya, dikenal sebagai komet 3I/Atlas, akan menghadapi benturan dengan ledakan massa koronal (CME) dari Matahari pada 25 September 2025. Komet ini terdeteksi oleh astronom pada 1 Juli 2025, bergerak dengan kecepatan hampir dua kali lipat dari pengunjung interstellar sebelumnya, ‘Oumuamua dan Komet Borisov. Komet ini memiliki inti yang diperkirakan berukuran sekitar 5,6 kilometer dan massa lebih dari 33 miliar ton.
Penemuan dan Karakteristik Komet 3I/Atlas
Komet 3I/Atlas ini telah mengungkapkan aktivitasnya saat mendekati Matahari melalui proses penguapan. Penelusuran yang dilakukan oleh komunitas astronomi menunjukkan objek ini memiliki komposisi debu yang cukup menarik, mengindikasikan kehadiran koma yang khas pada komet. Saat terbang mendekat, jalurnya tampak jelas, dengan kedekatan maksimum sekitar 0.35854 astronomi unit (AU) dari Jupiter.
Dampak CME pada Komet
Namun, perjalanan komet ini tidak akan sepenuhnya tanpa masalah. NASA mencatat bahwa aktivitas Matahari saat ini menunjukkan peningkatan, dan CME diprediksi akan bertabrakan dengan 3I/Atlas. Sesuai laporan dari spaceweather.com, prediksi terbaru menunjukkan potensi benturan ini, yang akan menjadi acara langka untuk pengunjung interstellar.
Kisah Komet Lain yang Terkena CME
Meskipun belum pernah tercatat interstellar komet yang terkena CME sebelumnya, ada contoh lain dalam dunia astronomi. Pada 20 April 2007, Komet Encke mengalami tabrakan dengan CME. Saat itu, NASA melalui pesawat luar angkasa STEREO A menyaksikan komet tersebut kehilangan ekornya secara sementara.
Komet Encke, yang memiliki periode orbit 3,3 tahun, menghasilkan dua ekor: satu dari debu dan satu lagi dari gas. Ketika CME tersebut menghampirinya, gelombang materi solar mengganggu medan magnet di sekelilingnya, menyebabkan ekor terputus. Namun, proses ini hanya bersifat sementara, karena ekor baru terbentuk dalam hitungan menit.
Apa yang Diharapkan Dari Tabrakan Ini
Para astronom percaya bahwa CME tidak akan mengubah trajektori 3I/Atlas secara signifikan, meskipun massa komet tersebut sangat besar. Namun, efek pada tail-nya saat CME menghantam tetap menjadi perhatian menarik.
Saat menjelang “konjungsi solar” – saat Matahari menghalangi pandangan ke arah komet dari Bumi – astronom akan memiliki waktu yang sangat singkat untuk melakukan pengamatan. Diharapkan mereka dapat memperoleh data berharga sebelum kondisi tersebut terjadi.
Dengan semua perkembangan ini, 3I/Atlas menawarkan kesempatan luar biasa untuk mempelajari interaksi antara komet dan aktivitas solar. Penelitian ini akan memberikan wawasan lebih dalam mengenai dinamika di luar Tata Surya.