
Headline24jam.com – Haast’s eagle, yang dikenal sebagai salah satu burung pemangsa terbesar yang pernah ada, muncul di Selandia Baru antara 700.000 hingga 1,8 juta tahun yang lalu. Dengan ukuran dan kekuatan yang mengesankan, burung ini dikenal karena kemampuannya dalam memburu moa, burung tidak terbang yang juga punah akibat perburuan manusia. Hal ini menjadi topik penting dalam memahami interaksi antara spesies dan dampak kepunahan pada ekosistem.
Mengenal Haast’s Eagle
Haast’s eagle (Harpagornis moorei) adalah spesies elang terbesar yang pernah ada, dengan rentang sayap mencapai 3 meter (9,8 kaki) dan berat mencapai 17,8 kilogram (39 pon) untuk betinanya. Sebagai perbandingan, elang laut Steller, yang merupakan spesies elang terbesar yang masih ada, hanya memiliki berat antara 5 hingga 9 kilogram (11 hingga 20 pon).
Ukuran dan Kekuatan yang Mengesankan
Setiap bagian dari Haast’s eagle, mulai dari paruh yang melengkung hingga cakar seukuran kaki harimau, jauh lebih besar dibandingkan burung pemangsa saat ini. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa elang ini menggunakan kombinasi taktik berburu yang dimiliki oleh elang modern dan burung nasar untuk menangkap mangsanya, terutama moa.
Strategi Berburu yang Efektif
Moa, burung raksasa yang tidak dapat terbang, menjadi mangsa utama bagi Haast’s eagle. Dengan bobot mencapai 249 kilogram untuk betina dewasa, moa bukanlah sasaran yang mudah. Dalam taktik berburu yang cerdas, elang ini dilaporkan pertama kali menggunakan cakarnya untuk menjatuhkan moa sebelum memberikan serangan fatal dengan paruhnya.
Kemungkinan Ancaman Terhadap Manusia
Ada pula spekulasi bahwa Haast’s eagle mungkin telah menyerang manusia. James West Stack, seorang misionaris dan penulis, mencatat dalam bukunya South Island Maoris: a sketch of their history and legendary lore bahwa burung ini, yang dikenal dalam mitologi Māori sebagai pouākai, “mengangkat dan membawa pergi pria, wanita, dan anak-anak sebagai makanan untuk dirinya dan anak-anaknya.”
Kepunahan dan Warisan
Sayangnya, sekitar 500 hingga 600 tahun yang lalu, Haast’s eagle punah, bersamaan dengan hilangnya moa — sumber makanan utamanya. Diskusi tentang kemungkinan menghidupkan kembali spesies ini dapat mengundang pro dan kontra. Meskipun ada upaya untuk membangkitkan kembali moa, ide untuk menghidupkan kembali Haast’s eagle tampak memunculkan pertanyaan moral. “Talonnya mungkin lebih baik tetap berada di masa lalu,” kata seorang ahli burung.
Penelitian dan pemahaman lebih lanjut tentang Haast’s eagle memberikan wawasan yang penting bagi kita tentang bagaimana perubahan lingkungan dan aktivitas manusia dapat berdampak besar pada keanekaragaman hayati. Seiring dengan usaha pelestarian dan pemahaman lebih dalam tentang spesies yang telah punah, tantangan di masa depan adalah menjaga keseimbangan ekosistem.