
Headline24jam.com – Konspirasi tuning musik yang telah beredar selama bertahun-tahun mengklaim bahwa instrumen musik disetel pada frekuensi yang salah, memengaruhi perilaku manusia. Teori ini mencuat karena keterkaitannya dengan Nazi, di mana beberapa pihak berpendapat bahwa perubahan standar tuning musik bertujuan untuk manipulasi. Artikel ini meneliti lebih dalam tentang sejarah tuning musik dan dampaknya terhadap manusia.
Sejarah Tuning Musik
Instrumen musik memerlukan proses penyetelan secara berkala agar dapat menghasilkan nada yang harmonis, baik secara individu maupun saat dimainkan bersama. Pitch nada, seperti A, harus konsisten agar terdengar seimbang di antara berbagai alat musik.
Dalam fisika, ketinggian nada ditentukan oleh kecepatan getaran udara. Setiap getaran satu kali per detik diukur sebagai satu Hertz. “Kecepatan ini berbanding lurus dengan jumlah getaran per detik,” jelas sebuah makalah mengenai topik ini.
Variasi Tuning di Berbagai Era
Tuning telah bervariasi sepanjang sejarah. Sebagai contoh, Jerman sebelum tahun 1600 memiliki banyak variasi. Tuning organ di sana bisa mencapai A=567 Hz untuk organ sederhana hingga A=377 Hz untuk organ modern awal. Standarisasi tuning tidak dianggap perlu bahkan dalam satu area tertentu.
“Komposer dan musisi sering menyesuaikan dengan variasi lokal dalam tuning,” tambah makalah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tunning bukanlah sesuatu yang statis, dan setiap komposer memiliki preferensi tersendiri. Handel dilaporkan memilih 423 Hz, sementara Mozart lebih suka 422 Hz.
Standarisasi ke 440 Hz
Standarisasi tuning ke A=440 Hz secara resmi ditetapkan oleh International Organization for Standardization (ISO) pada tahun 1955 dan dikukuhkan kembali pada tahun 1975. Meskipun hal ini menciptakan sebuah keseragaman, muncul teori konspirasi aneh seputar frekuensi ini.
Teori-teori ini berargumen bahwa tuning di A=440 Hz dapat mempengaruhi fisik dan mental pendengarnya. “Musik yang disetel ke 432 Hz diklaim memiliki kualitas ilmiah atau kosmik yang lebih baik,” ungkap makalah lainnya.
Beberapa pihak berpendapat bahwa perubahan ini terkait dengan Joseph Goebbels, propagandis Nazi, atau bahkan Illuminati. Mereka menuduh bahwa hal ini dilakukan untuk manipulasi tanpa bukti yang kuat. Anggapannya, 432 Hz adalah “resonansi alami alam semesta.”
Tanggapan Ahli
Namun, banyak ahli merasa bahwa klaim-klaim tersebut tidak memiliki dasar. Jakub Marian, seorang matematikawan dan penulis, menjelaskan bahwa pembagian waktu dalam sejarah tidak disesuaikan dengan metrik modern. “Detak waktu dulu tidak mengenal ‘menit’, sehingga tidak ada relevansi untuk perbandingan frekuensi saat ini,” katanya.
Armand D’Angour, seorang profesor di Universitas Oxford yang meneliti musik Yunani kuno, menambahkan, “Kami tidak tahu pitch absolut dari senar-senar kuno. Oleh karena itu, mengklaim bahwa tuning tertentu ditetapkan pada A=432 Hz adalah fantasi.”
Penelitian Musik dan Dampaknya
Meskipun banyak klaim yang tidak berdasar, studi tentang efek musik pada otak tetap menjadi subjek yang menarik. Beberapa penelitian kecil menunjukkan bahwa pendengar Musik pada 432 Hz merasa sedikit lebih santai meskipun hasilnya tidak signifikan.
Dapat disimpulkan bahwa jika 432 Hz terbukti lebih baik, para musisi sudah memiliki cukup waktu untuk mengadaptasinya. Namun, sekali lagi, tidak ada konspirasi di balik adopsi 440 Hz sebagai standar tuning.