
Headline24jam.com – Penemuan fosil laut di Himalaya, termasuk kerang dan amonit, menjadikan daerah ini pusat perhatian dalam studi geologi modern. Ditemukan pada ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut, ini menggugah pertanyaan tentang bagaimana sisa-sisa makhluk laut dapat berada di puncak dunia seperti Gunung Everest. Temuan ini terkait erat dengan pemahaman mengenai pergerakan benua dan pembentukan Pegunungan Himalaya.
Sejarah Penemuan Fosil Laut
Pada awal abad ke-20, catatan fosil laut di Himalaya mulai muncul. Pada 1924, ahli geologi Noel Odell menemukan batu kapur berisi fosil di lereng Gunung Everest. Temuan ini mengejutkan ilmuwan, karena batu kapur tersebut berasal dari dasar laut purba dan bukan dari aktivitas vulkanik.
Lapisan batuan di Himalaya terdiri dari batu kapur, serpih, dan pasir laut, yang mengandung fosil organisme mikroskopis seperti foraminifera. Ini menunjukkan bahwa wilayah yang kini menjadi pegunungan tertinggi di dunia dulunya merupakan dasar laut yang hangat.
Dari Samudra Tethys ke Himalaya
Sekitar 200 juta tahun lalu, Himalaya merupakan bagian dari Samudra Tethys, yang membentang antara benua India dan Eurasia. Ketika makhluk laut mati, sisa tubuhnya mengendap, membentuk lapisan sedimen. Seiring waktu, dan di bawah tekanan, endapan ini berubah menjadi batuan sedimen yang menjadi fondasi Pegunungan Himalaya.
Pergerakan Lempeng India ke utara, yang terjadi setelah pisah dari superkontinen Gondwana, berperan penting dalam pembentukan pegunungan ini. Sekitar 50 juta tahun lalu, tabrakan dengan Lempeng Eurasia menyebabkan kerak benua terangkat, membentuk Himalaya yang kita kenal sekarang.
Bukti Geologi dan Paleontologi
Penelitian geologi modern, termasuk oleh IUGS dan USGS, mengungkapkan lapisan batuan Himalaya yang jelas, mulai dari endapan laut dalam hingga sedimen daratan. Fosil-fosil amonit dan reptil laut seperti Himalayasaurus yang ditemukan di Himalaya barat memperkuat bukti bahwa wilayah tersebut dulunya tertutup laut.
Namun, sejarah penelitian ini juga diwarnai kontroversi. Di tahun 1980-an, ilmuwan Vishwa Jit Gupta dituduh memalsukan data fosil yang berasal dari Himalaya. Penyelidikan menemukan bahwa banyak data tersebut tidak akurat, menyoroti pentingnya verifikasi dalam penelitian geologi.
Proses Geologis yang Masih Berlangsung
Tabrakan antara Lempeng India dan Eurasia yang dimulai puluhan juta tahun lalu masih berlangsung hingga kini. Pengukuran GPS menunjukkan kenaikan wilayah Nepal dan Tibet antara 1-5 millimeter per tahun. Ini mengindikasikan bahwa Pegunungan Himalaya masih aktif secara tektonik dan terus tumbuh.
Pegunungan ini tidak hanya penting untuk sejarah geologi, tetapi juga memengaruhi iklim dan pola aliran sungai besar di Asia. Aktivitas geologis ini menjadikan Himalaya sebagai laboratorium alam yang unik untuk memahami dinamika kerak bumi.
Fosil laut di Himalaya adalah pengingat akan dinamisnya planet ini. Dari kedalaman Samudra Tethys hingga puncak Everest, perjalanan geologis ini memperlihatkan kekuatan pergerakan lempeng bumi dan warisan alam yang menyimpan kisah kehidupan purba.