
Headline24jam.com – Sheffield Wednesday, klub sepak bola asal Inggris, menghadapi ancaman serius dari HM Revenue and Customs (HMRC) yang dapat mengarah pada proses administrasi. Dalam kondisi keuangan yang krisis, langkah masuk ke administrasi diambil sebagai upaya perlindungan terhadap kemungkinan petisi winding-up dari HMRC. Taktik ini telah digunakan oleh berbagai klub sepak bola di masa lalu untuk menghindari kebangkrutan penuh.
Administrasi, yang diakui sebagai “peristiwa insolvensi,” pertama kali dijelaskan dalam Undang-undang Insolvensi tahun 1986. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi dan memperbaiki bisnis yang berada dalam kesulitan finansial, baik melalui restrukturisasi signifikan maupun penjualan aset. Ketika sebuah klub masuk ke administrasi, secara hukum, mereka mengakui ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban finansial harian, yang berarti mereka secara formal dinyatakan insolven.
Penting untuk diingat bahwa administrasi bukanlah jalan keluar yang mudah dari kesulitan finansial. Proses ini tidak serta merta menghapus utang klub, tetapi memfokuskan pada restrukturisasi untuk memastikan kelangsungan hidup bisnis. Biasanya, seorang ‘administrator’ yang merupakan praktisi insolvensi berlisensi akan ditunjuk, dengan kewajiban utama untuk menjaga kepentingan kreditur klub. Dalam konteks ini, mereka berusaha untuk menyehatkan bisnis sambil mencari pembeli yang potensial.
Proses Administrasi dan CVA
Utang klub akan diurus melalui Company Voluntary Arrangement (CVA), sebuah tawaran yang didasarkan pada ramalan realistis pendapatan masa depan klub untuk menyelesaikan utang, biasanya dengan persentase kecil dari jumlah total yang terutang. Proposal tersebut kemudian dibahas dalam rapat kreditur, dan pengambilan suara dilakukan untuk menyetujui atau menolak tawaran yang diajukan.
Pengambilan suara didasarkan pada besaran utang yang dimiliki kreditur. Tanpa dukungan minimum 75% dari kreditur yang terlibat dalam proposal, CVA tidak akan dapat dilaksanakan dan dianggap gagal. Adanya CVA yang disetujui adalah cara terbaik untuk keluar dari administrasi. Selain itu, keluar dari administrasi tanpa CVA dapat mengakibatkan sanksi lebih lanjut, termasuk pengurangan poin yang sekarang telah ditingkatkan menjadi dua belas poin.
Proses administrasi sering kali dianggap sebagai upaya terakhir, di mana alternatifnya adalah likuidasi penuh bisnis. Penting juga untuk diketahui bahwa beberapa utang, seperti utang yang dijamin atau utang kepada pemain, tidak termasuk dalam proses ini dan harus dilunasi sepenuhnya.
Sejak Desember 2020, HMRC memiliki status sebagai ‘kreditor prioritas sekunder,’ menjadikannya kreditor utama terkait pajak tertentu, termasuk pajak yang dipungut oleh klub untuk mereka, seperti PAYE dan VAT. Untuk menyelidiki lebih lanjut konteks ini, kita bisa melihat pada tiga kasus terakhir klub EFL yang mengalami administrasi.
Kasus Klub EFL Sebelumnya
Derby County
Derby County memasuki proses administrasi pada September 2021 dan berhasil keluar pada Juni 2022 di bawah kepemilikan baru. Masalah yang dihadapi klub terkait dengan pengeluaran berlebihan oleh pemilik sebelumnya, Mel Morris. Penjualan Pride Park kepada dirinya sendiri seharga £80 juta untuk menyeimbangkan buku keuangan juga dicurigai sebagai pelanggaran oleh EFL.
Perdebatan mengenai penilaian pemain pada laporan keuangan Derby memperburuk keadaan, yang akhirnya menyumbang pada ketidakmampuan klub untuk menarik investasi diperlukan. Ini berujung pada administrasi, di mana klub menerima pengurangan poin dua belas.
Setelah dijual ke kelompok properti David Clowes, Derby mengalami relegasi dari Championship di akhir musim 2021-2022 tetapi berhasil kembali ke League One setelah dua musim di divisi bawah.
Bury
Kasus Bury sangat berbeda. Dianggap salah satu tragedi terbesar dalam sepak bola Inggris, klub ini diusir dari EFL pada Agustus 2019 setelah gagal membayar utang mereka. Dikenal karena pengeluaran yang tidak berkelanjutan, Bury diakuisisi oleh Steve Dale dengan harga hanya £1, namun dia segera menyadari besarnya masalah keuangan yang dihadapi klub.
Setelah penawaran CVA yang disetujui, EFL mempertanyakan keberlanjutan pembayaran yang dijanjikan dan memutuskan untuk menangguhkan pertandingan mereka. Setelah kegagalan penyelesaian, Bury menjadi klub pertama yang diusir dari liga sejak Maidstone United pada 1992.
Sekarang, Bury AFC telah terbentuk, dan meskipun dalam beberapa kesulitan, mereka terus berjuang untuk kembali ke panggung sepak bola profesional.
Wigan Athletic
Kasus Wigan Athletic adalah salah satu yang paling unik. Setelah dijual ke International Entertainment Corporation (IEC), klub dikejutkan dengan administrasi yang tiba-tiba terjadi kurang dari sebulan setelah penjualan. Hal ini diakibatkan oleh kegagalan pemilik baru dalam memenuhi komitmen finansial, bahkan memicu pertanyaan di parlemen.
Wigan berhasil menemukan pemilik baru, Phoenix 2021 Ltd, dan terhindar dari relegasi pada musim 2020-2021. Namun, setelah kembali ke Championship, mereka mengalami masalah keuangan yang kembali berujung pada pengurangan poin di awal musim 2023-2024.
Kesimpulan
Menghadapi ancaman administrasi bukanlah akhir dari segalanya bagi klub sepak bola, namun itu adalah sinyal peringatan serius tentang pentingnya manajemen keuangan yang baik. Dengan contoh-contoh dari Derby County, Bury, dan Wigan Athletic, dapat dilihat berbagai cara klub dapat merespons situasi yang menantang, meskipun dengan risiko dan konsekuensi yang cukup besar. Pengalaman ini melindungi klub seperti Sheffield Wednesday dari kesalahan yang sama, sekaligus memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya transparansi dan tanggung jawab dalam pengelolaan klub sepak bola.
Headline SEO (H1)
Sheffield Wednesday Menghadapi Ancaman Administrasi: Sejarah Klub EFL
Meta description
Sheffield Wednesday berisiko masuk administrasi karena ancaman HMRC. Lihat dampaknya pada klub EFL lain dan bagaimana mereka mengelola kesulitan keuangan.