
Headline24jam.com – Dalam dunia balap, perdebatan tentang relevansi mobil balap terhadap mobil jalanan terus berlangsung. Meskipun mobil balap dibuat dari basis mobil jalan, keduanya memenuhi peraturan yang berbeda dan memiliki penggunaan yang berbeda. Namun, satu hal yang penting dari balap adalah bahwa mobil tercepat tidak selalu bisa dicap sebagai mobil paling cepat dalam konteks lap time.
Dalam balap, banyak variabel yang dapat diubah untuk mencapai keseimbangan handling yang diinginkan, seperti pegas, peredam, batang anti-roll, dan aerodinamika. Sebagai contoh, mobil balap modern seperti GT3 tidak hanya menggunakan pengaturan fisik, tetapi juga dilengkapi sistem elektronik canggih seperti traction control dan ABS, yang meskipun berbeda dari mobil jalan, prinsipnya tetap sama.
Di mobil jalanan, beberapa variabel yang sama juga ada, tetapi dengan tambahan sistem elektronik yang lebih maju, termasuk suspensi adaptif dan diferensial kunci elektronik. Meskipun sedikit berbeda dalam pengaturan, tujuan akhirnya tetap sama: menciptakan performa optimal.
Membangun Kecepatan di Balap
Proses penyesuaian mobil untuk mencapai kecepatan sering dianggap seolah-olah hanya masalah fisika. Namun, realitanya jauh lebih kompleks karena faktor manusia berperan penting di dalamnya. Adam Adelson, pengemudi Porsche 911 GT3 R dari Wright Motorsports, menjelaskan, “Pengaturan ideal untuk kecepatan tidak selalu yang terbaik untuk para pengemudi.”
Lebih lanjut ia menambahkan, “Mobil yang mungkin sempurna di atas kertas untuk mencetak lap tercepat kadang justru akan kalah di jalur karena pengemudi harus sangat presisi.”
Dengan mengacu pada pengalaman, para insinyur mobil jalanan juga memahami bahwa kecepatan terbaik tidak selalu tercapai dengan satu setting tunggal, sebagaimana dijelaskan oleh Rouven Mohr, CTO Lamborghini. Mohr menyatakan, “Dalam pengujian di lintasan, kami membandingkan waktu terbaik dengan yang terburuk. Selisih ini seharusnya tidak terlalu besar.”
Pentingnya Pengaturan Tim dalam Balap
Dalam balapan tim, seluruh pengemudi harus setuju pada satu pengaturan yang menjadi kompromi bagi semua. Sebagaimana diungkap oleh rekannya, Elliott Skeer, “Dalam balapan 40 menit, lebih mudah untuk memahami kondisi mobil. Namun, untuk balapan seperti Petit Le Mans yang berlangsung selama 10 jam, itu jauh lebih menantang.”
Pada balapan tersebut, kondisi lintasan dapat berubah drastis, memengaruhi suhu dan performa mobil. Para tim sering kali mengorbankan kinerja di siang hari demi kecepatan lebih baik di malam hari. Ini tentu mendorong insinyur untuk mengoptimalkan mobil untuk beragam kondisi.
Menerapkan Pengetahuan dalam Mobil Jalanan
Konsep “permainan rata-rata” juga berlaku untuk mobil jalanan. Insinyur perlu merancang kendaraan yang aman dan cepat, tetapi juga efisien dalam berbagai kondisi dan lingkungan. Mobil performa tinggi mungkin dilengkapi dengan sistem elektronik untuk beradaptasi dengan berbagai masukan eksternal dan pengemudi, namun tetap harus dapat beroperasi di berbagai jalan.
Para pengemudi menginginkan mobil yang responsif dan dapat diandalkan. Mereka memerlukan cukup grip di bagian depan agar mobil dapat menikung dengan baik, dengan bagian belakang yang mengikuti secara efektif. Ini menjadi lebih penting dalam lingkungan balap, terutama dalam balap multi-kelas seperti IMSA WeatherTech.
Wright Motorsports menghabiskan banyak waktu untuk menganalisis data dan video dari mobil sambil mencocokkan informasi tersebut dengan masukan dari para pengemudi. Adelson menekankan, “Kami mencocokkan apa yang kami katakan, menonton video sambil membandingkan dengan umpan balik dari pengemudi. Ini sangat penting.”
Kesimpulannya, pengaturan mobil merupakan perpaduan antara ilmu pasti dan subjetivitas. Meskipun banyak data tersedia, menafsirkan dan menerjemahkannya ke dalam pengaturan yang dapat menang dalam balapan adalah tantangan yang kompleks, namun memiliki tujuan yang mulia—menciptakan mobil yang mampu meraih kemenangan.