
Headline24jam.com – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa kenaikan harga beras bukan disebabkan oleh penyerapan gabah oleh Perum Bulog, melainkan oleh faktor lain dalam rantai pasok. Hal ini disampaikan usai Konferensi Pers Satu Tahun Pembangunan Pertanian di Jakarta pada Rabu, 22 Oktober 2025.
Penyerapan Gabah Bulog
Amran menjelaskan bahwa sementara Bulog menerapkan harga gabah sebesar Rp 6.500 per kilogram, penyerapan Bulog hanya mencakup sekitar 8 persen dari total gabah yang ada. “Sisanya, yaitu 92 persen, diserap oleh pihak swasta,” ujarnya.
Intervensi Pemerintah
Pemerintah kini sedang mengambil langkah untuk mengendalikan fluktuasi harga beras melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Bulog juga telah membentuk Satgas Pengendalian Harga Beras 2025 untuk mengawasi pasokan langsung di lapangan. “Kami telah menurunkan tim intervensi harga ke daerah-daerah dengan harga beras tinggi,” kata Amran.
Stok Cadangan Beras Pemerintah
Hingga 20 Oktober 2025, Bulog telah menyerap 3,002 juta ton beras domestik, setara dengan 8,74 persen dari total produksi nasional yang mencapai 34,34 juta ton. Amran menegaskan bahwa saat ini stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) berada pada angka tertinggi dalam sejarah. “Ini salah paham. Stok CBP kita justru tertinggi sejak 1969,” tambahnya.
Permainan Rantai Pasok
Amran menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan harga beras tetap tinggi adalah adanya permainan dalam rantai pasok. “Di tengahnya ada ‘middle man’ yang memainkan harga,” jelasnya, membandingkan situasi ini dengan kelangkaan minyak goreng sebelumnya.
Penegakan Hukum
Pemerintah akan bersikap tegas terhadap pihak-pihak yang mencoba memanipulasi harga pangan. Amran mencatat bahwa saat ini terdapat puluhan tersangka yang terlibat dalam permainan harga pupuk dan beras. “Tidak ada kompromi bagi pelaku kejahatan terhadap hajat hidup orang banyak,” tegasnya.
Perbaikan Harga Beras
Dari pemantauan Panel Harga Pangan, kondisi harga beras menunjukkan perbaikan. Daerah yang memiliki harga beras premium sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) meningkat dari 98 kabupaten/kota pada awal September menjadi 114 pada pertengahan Oktober. Demikian juga untuk beras medium, jumlah daerah yang harganya sesuai HET naik dari 252 menjadi 290 kabupaten/kota.
Amran mengingatkan bahwa pangan adalah hal yang krusial dan jika masalah pangan timbul, itu juga akan menjadi masalah bagi negara. “Itu selalu pesan Bapak Presiden,” pungkasnya.