Headline24jam.com – Sementara perusahaan smartphone global seperti Apple, Samsung, dan Huawei mendominasi pasar internasional, Korea Utara mengandalkan merek telepon lokal yang kurang dikenal. Menurut laporan Lumen, vendor ponsel di Korea Utara diyakini memproduksi perangkat di China sebelum dilabeli dengan merek lokal, akibat dari fasilitas produksi yang kurang memadai di dalam negeri.
Setelah dirakit di China, ponsel tersebut memperoleh identitas Korea Utara. Hal ini menyebabkan banyak perangkat yang digunakan di negara tersebut memiliki kemiripan fisik dengan smartphone dari negara lain, meskipun merek dan fiturnya berbeda. Perbedaan signifikan terletak pada sistem operasi Android yang telah dimodifikasi untuk meningkatkan keamanan serta membatasi fitur tertentu. Modifikasi ini menciptakan lingkungan digital yang ketat bagi pengguna di negara yang sering dikenal sebagai Hermit Kingdom.
Arirang: Merek Resmi dengan Dukungan Pemimpin
Salah satu merek ponsel lokal yang paling dikenal adalah Arirang, yang dikelola oleh Arirang IT di Pyongyang. Meski dikabarkan memiliki fasilitas produksi, proses perakitan tetap diduga berlangsung di China. Dalam laporan media pemerintah, terlihat hanya pekerja yang menguji perangkat, tanpa menampakkan proses pembuatan.
Keistimewaan Arirang terletak pada pengembangan perangkat lunak yang sesuai dengan kebutuhan pengguna lokal, terutama dalam aspek keamanan. Inovasi ini mendapatkan perhatian langsung dari Kim Jong Un, Presiden Korea Utara, yang mengunjungi pabrik dan memuji produk tersebut. Beberapa model ponsel Arirang, seperti Arirang 1201 dan Arirang 221, juga dipasarkan bersama dengan produk elektronik lainnya, seperti TV LCD.
Dua Merek Lain dari Konglomerat Madusan
Di luar Arirang, terdapat dua merek ponsel lain yang dikelola oleh Madusan Economic Federation, konglomerat bisnis di Korea Utara. Tidak hanya fokus pada ponsel, perusahaan ini juga memproduksi perangkat elektronik lain, menunjukkan strategi diversifikasi di pasar yang terbatas. Pendekatan ini mengingatkan pada strategi yang diterapkan Samsung di Korea Selatan, meskipun dengan skala yang jauh berbeda.
Sementara Samsung meraih status global, merek-merek Korea Utara tetap beroperasi untuk memenuhi kebutuhan domestik. Realitas ini mencerminkan politik isolasi Korea Utara yang membentuk lanskap teknologi yang unik. Negara tersebut berusaha mengadopsi teknologi modern tetapi tetap menjaga kontrol ketat atas informasi dan komunikasi.
Kompleksitas Regulasi Telekomunikasi
Fenomena ponsel lokal di Korea Utara mengingatkan pada kebijakan ketat yang pernah melarang sewa handphone. Regulasi semacam ini menunjukkan bagaimana teknologi dipandang sebagai alat yang perlu dikontrol. Meski terisolasi dari pasar global, industri telekomunikasi Korea Utara berkembang dengan caranya sendiri.
Merek-merek lokal tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan komunikasi masyarakat, tetapi juga menjadi simbol kemandirian teknologi negara ini di tengah berbagai pembatasan internasional. Meskipun perkembangan ini jauh dari ancaman bagi dominasi vendor global, mereka mencerminkan bagaimana teknologi dapat beradaptasi dan berkembang dalam lingkungan yang sangat terpusat dan terisolasi.