Headline24jam.com – Dalam upaya membatasi data arbitrer yang disimpan di blockchain, proposal pengembangan Bitcoin terbaru oleh pengembang inti, Luke Dashjr, menuai kritik tajam dari komunitas crypto pada Jumat lalu. Beberapa pihak menuding bahwa proposal ini bersifat “Orwellian” dan merupakan serangan terhadap Bitcoin, sementara Dashjr kemudian menyatakan bahwa pengertian tersebut salah kaprah.
Kontroversi Proposal Pembaruan Bitcoin
Proposal ini diusulkan setelah pembaruan Bitcoin Core versi 30, yang memperbolehkan payload data yang lebih besar. Tujuan dari pengusulan soft fork ini adalah untuk membatasi data arbitrer yang dapat disimpan dalam transaksi Bitcoin selama satu tahun, sambil menunggu solusi permanen. Hal ini dilakukan sebagai respons atas kekhawatiran bahwa pembaruan ini dapat menyebabkan penyisipan konten ilegal atau tidak etis ke dalam blockchain, yang berpotensi membuat peserta jaringan terpapar kewajiban hukum.
Bahaya Propaganda Hukum
Bagian dari proposal, khususnya antara baris 261 hingga 272, mencantumkan bahwa “ada hambatan moral dan hukum terhadap upaya untuk menolak soft fork ini.” Banyak kritik menyebutkan bahwa kalimat tersebut berfungsi untuk menakut-nakuti komunitas dengan ancaman konsekuensi hukum. Sebagai contoh, Bam, seorang pendidik Bitcoin, menyebut istilah tersebut sebagai “Orwellian” dan menyamakannya dengan overreach distopia.
Respon Dari Pengembang dan Peneliti
Dashjr menjelaskan bahwa bahasa yang digunakan dalam proposal tersebut berasal dari draft awal dan mengindikasikan perlunya penjelasan lebih lanjut. Peter Todd, seorang kriptografer asal Kanada, bahkan menunjukkan bahwa ia telah melewati pembatasan yang diusulkan, memberikan bukti bahwa solusi teknis ini mungkin tidak akan efektif.
Hasil Penelitian NYDIG Tentang Bitcoin sebagai Lindung Nilai Inflasi
Dalam berita Bitcoin terkini lainnya, penelitian baru dari NYDIG meragukan reputasi Bitcoin sebagai lindung nilai inflasi. Penelitian ini menemukan bahwa harga Bitcoin lebih dipengaruhi oleh fluktuasi dalam nilai dolar AS dan tren likuiditas yang lebih luas, dibandingkan dengan inflasi itu sendiri. Greg Cipolaro, kepala penelitian global di NYDIG, menyatakan bahwa hubungan antara Bitcoin dan inflasi lemah dan tidak konsisten.
“Bitcoin, memang dikenal sebagai ’emas digital’, tetapi data menunjukan tidak ada hubungan yang kuat atau konsisten antara inflasi dan performa Bitcoin,” kata Cipolaro.
Keterkaitan Bitcoin dan Dolar AS
Cipolaro menambahkan bahwa kekuatan dolar AS memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap harga Bitcoin dan emas. Ketika dolar melemah terhadap mata uang lain, kedua aset cenderung naik. Tren ini menunjukkan bahwa Bitcoin telah berkembang menjadi sebuah “barometer likuiditas” yang merefleksikan perubahan kondisi ekonomi global yang lebih luas, bukan sekadar inflasi.
Dengan perdebatan yang masih berlangsung dan data yang terus berkembang, komunitas Bitcoin kini dihadapkan pada tantangan dalam menemukan keseimbangan antara inovasi teknologi dan keutuhan prinsip yang dijunjung tinggi oleh pendukungnya.