Headline24jam.com – CEO Nvidia, Jensen Huang, mengumumkan tingginya permintaan global untuk chip AI Blackwell pada acara yang diadakan di Hsinchu, Taiwan, akhir pekan lalu. Meskipun permintaan melonjak, Huang jelas menyatakan bahwa Nvidia tidak akan menjual chip canggih ini ke China, seiring dengan kebijakan pemerintah AS yang melarang ekspor teknologi AI terdepan ke negara tersebut.
Dalam pertemuannya dengan TSMC, Huang menekankan pentingnya kolaborasi erat dengan perusahaan semikonduktor tersebut dalam memenuhi kebutuhan akan chip AI di pasar global. Selain memproduksi GPU, Nvidia kini juga menghadirkan CPU, switch, dan infrastruktur jaringan untuk platform Blackwell. “Kami sangat bergantung pada pasokan wafer dari TSMC. Mereka melakukan pekerjaan luar biasa mendukung kami,” ujarnya.
Huang menambahkan bahwa permintaan chip saat ini jauh melebihi kapasitas produksi yang ada, memberikan tekanan tambahan pada rantai pasokan global. CEO TSMC, C.C. Wei, mengonfirmasi bahwa Nvidia telah melakukan pemesanan lebih banyak wafer untuk mengakomodasi lonjakan permintaan tersebut, meskipun tidak menyebutkan jumlah pasti.
Larangan Ekspor ke China
Di tengah perkembangan bisnis yang pesat, Huang menegaskan bahwa Nvidia tidak memiliki rencana untuk memasok chip Blackwell ke China. “Saat ini Nvidia tidak berencana mengirim produk apa pun ke China,” jelasnya. Keputusan ini mengikuti kebijakan pemerintahan Donald Trump yang melarang ekspor chip AI canggih ke negara tersebut dengan dasar keamanan nasional.
Spekulasi mengenai kemungkinan pertemuan antara Trump dan Presiden Xi Jinping untuk merundingkan penjualan produk Blackwell versi terbatas tetap belum membuahkan hasil. Huang menjelaskan bahwa pangsa pasar Nvidia di China kini menjadi nol persen, akibat keputusan pemerintah Beijing yang tidak mengizinkan perusahaan tersebut beroperasi di sana. Hal ini menunjukkan dampak besar yang dirasakan Nvidia di pasar China dalam beberapa bulan terakhir.
Dukungan Rantai Pasokan Global
Huang juga memperingatkan potensi kekurangan memori akibat permintaan yang terus meningkat. Namun, ia menegaskan bahwa tiga produsen utama memori dunia—SK Hynix, Samsung, dan Micron—telah berupaya meningkatkan kapasitas produksi mereka untuk mendukung kebutuhan Nvidia.
Kolaborasi strategis dengan TSMC semakin memperkuat posisi Nvidia di pasar chip AI. Chip Blackwell dirancang untuk menangani beban komputasi AI yang paling berat. Selain produk chip, Nvidia juga menginvestasikan dana besar-besaran, mencapai Rp 1.600 triliun, ke OpenAI, menunjukkan komitmennya dalam membangun masa depan teknologi AI global.
Meskipun persaingan di pasar chip AI semakin ketat dengan kehadiran pemain lain seperti MediaTek, Nvidia tetap memegang posisi terdepan. Dengan teknologi Blackwell dan rencana pengembangan chip generasi berikutnya, Nvidia menunjukkan kesinambungan inovasinya di tengah tantangan yang ada.
Permintaan chip AI Blackwell mencerminakan transformasi digital global. Dari pusat data besar hingga aplikasi AI di perangkat edge, kebutuhan untuk komputasi yang lebih kuat kian meningkat. Meskipun dihadapkan pada tantangan geopolitik, Nvidia tetap optimis dapat mempertahankan pertumbuhannya melalui pasar lain dan inovasi yang terus berlanjut.
Masa depan Nvidia di pasar global akan sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk menjaga momentum inovasi sekaligus menavigasi kompleksitas politik perdagangan internasional.