Headline24jam.com – Penelitian terbaru mengungkap hubungan antara virus Epstein-Barr (EBV), yang menginfeksi lebih dari 95 persen orang dewasa di seluruh dunia, dan penyakit lupus, pada 14 Oktober 2023, oleh peneliti dari Stanford Medicine. Studi ini memberikan wawasan baru mengenai mekanisme kunci yang mengaitkan EBV dengan lupus, suatu penyakit autoimun kronis yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri.
Apa Itu Lupus?
Lupus, atau sistemik lupus eritematosus (SLE), adalah penyakit autoimun yang dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari ruam kulit hingga kerusakan serius pada organ seperti paru-paru dan ginjal. Sekitar 5 juta orang di seluruh dunia diperkirakan menderita lupus, meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami. Beberapa faktor, termasuk genetika dan infeksi virus seperti EBV, diyakini berperan dalam perkembangan penyakit ini.
Temuan Peneliti Mengenai B Sel
Dalam penelitian ini, tim ilmuwan berhasil mengidentifikasi cara EBV mempengaruhi B sel, sel darah putih yang berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh. Mereka menemukan bahwa pada individu sehat yang terinfeksi EBV, hanya sekitar 1 dari 10.000 B sel yang terinfeksi. Namun, pada pasien lupus, proporsi tersebut meningkat menjadi 1 dari 400. “Temuan ini adalah yang paling berdampak dalam karier saya,” ungkap William Robinson, MD, PhD, peneliti senior, menyoroti relevansi hasil penelitian ini.
Dampak dari Aktivasi B Sel
Studi ini juga menunjukkan bahwa EBV dapat memicu ekspresi gen “saklar molekuler” dalam B sel yang terinfeksi, memicu rantai reaksi gen pro-inflamasi yang mengubah B sel menjadi sel penyaji antigen. Proses ini mengaktifkan sel-sel kekebalan lainnya, termasuk B sel yang biasanya tidak aktif dan sel T pembunuh yang merusak jaringan tubuh sendiri.
Pertanyaan yang Masih Tersisa
Meskipun penelitian menunjukkan hubungan jelas, tidak semua orang yang terinfeksi EBV mengembangkan lupus. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami mengapa hanya sebagian dari individu terpengaruh. Beberapa ilmuwan mengusulkan bahwa mungkin hanya strain tertentu dari virus yang dapat memicu transformasi B sel ini.
Studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal Science Translational Medicine, yang menegaskan pentingnya penelitian lebih lanjut dalam memahami kaitan antara virus dan penyakit autoimun, termasuk kemungkinan pengaruhnya pada penyakit lain seperti multiple sclerosis.