Headline24jam.com – Opel Blazer, sport utility vehicle (SUV) yang diproduksi antara 1996 hingga 2006, mengukuhkan posisinya sebagai pilihan menarik di segmen SUV keluarga di Indonesia. Dengan daya tarik yang bersaing bersama Toyota Kijang Kapsul dan Nissan Terrano, kendaraan ini dikenal akan kenyamanan berkendara yang ditawarkan.
Opel Blazer menawarkan suspensi empuk, kabin kedap suara, serta pengendalian yang stabil. Namun, mengingat usianya yang sudah di atas dua dekade, calon pembeli perlu memperhatikan beberapa masalah umum yang sering muncul.
Masalah Ball Joint
Salah satu permasalahan paling sering dijumpai pada Opel Blazer adalah ball joint. Komponen ini cenderung rapuh pada kendaraan berusia lebih dari dua dekade. Menurut Davit Susanto, pemilik Bengkel Intro Autoworks spesialis Chevrolet dan Opel, ball joint bawaan pabrik tidak sekuat versi Chevrolet S10 di Amerika. Jika dibiarkan aus, bisa membuat roda terasa tidak stabil dan berpotensi copot.
Untuk mengatasi masalah ini, banyak pemilik beralih ke ball joint Toyota Kijang Innova atau suspensi Colt PS100 yang lebih kuat. Harga ball joint aftermarket berkisar antara Rp 400.000 hingga Rp 500.000 per pasang, sehingga perubahan ini menjadi solusi umum di kalangan pemilik Opel Blazer.
Paking Head yang Ringkih
Paking head juga menjadi komponen yang memerlukan perhatian ekstra. Idealnya, paking head perlu diganti setiap 150.000 kilometer. Jika tidak, dapat menyebabkan kebocoran kompresi termasuk gejala seperti cepatnya habis air radiator. Dalam kondisi parah, masalah ini dapat menyebabkan oli bercampur air, istilahnya “kopi susu”. Paking head dijual dengan harga sekitar Rp 800.000, belum termasuk biaya pemasangan.
Dashboard yang Mudah Rusak
Material dashboard pada Opel Blazer, yang berasal dari era 1990-an, memang dikenal dengan kualitas plastik yang kurang baik. Terpapar sinar matahari langsung bisa menyebabkan kerusakan, seperti pemudaran warna dan munculnya retakan. Untuk memperpanjang umur dashboard, pemilik disarankan memasang pelindung berbahan anti-UV.
Usia Timing Belt Mesin DOHC
Oleh karena varian DOHC memerlukan perhatian khusus, timing belt harus diganti setiap 30.000 kilometer untuk menghindari risiko kerusakan. Jika timing belt putus, dapat menyebabkan kerusakan berat pada mesin. Sebaliknya, pada mesin SOHC, timing belt dapat bertahan hingga 60.000 kilometer dengan risiko kerusakan yang lebih kecil.
Sebagai penutup, meski Opel Blazer menawarkan kenyamanan dan performa, penting bagi calon pembeli untuk memikirkan faktor-faktor pemeliharaan agar tidak terjebak dengan biaya perbaikan yang bisa cukup tinggi.