
Headline24jam.com – Hari ini menandai 20 tahun setelah Badai Katrina melanda Louisiana, yang meskipun diklasifikasikan sebagai badai Kategori 3, menyebabkan kerusakan parah dengan gelombang badai yang tinggi, mengakibatkan hampir 2.000 kehilangan nyawa dan menjadi badai termahal dalam sejarah AS. Penelitian terbaru menyarankan perlunya pendekatan baru untuk mengukur potensi destruktif badai, mengingat perubahan iklim yang dipicu aktivitas manusia.
Kebutuhan Akan Kategori Badai Baru
Beberapa ilmuwan telah mengemukakan bahwa sistem klasifikasi saat ini tidak lagi memadai. Mereka merekomendasikan pengenalan Kategori 6 untuk mencerminkan risiko yang dihadapi oleh badai-badai ekstrem yang semakin cepat terbentuk.
Sistem Klasifikasi yang Ada
Hingga sekarang, badai dikategorikan menggunakan Skala Angin Badai Saffir-Simpson (SSHWS), yang menilai badai dari 1 hingga 5 berdasarkan kecepatan angin maksimal. Badai Kategori 1 memiliki kecepatan angin 74 hingga 95 mph, sementara Kategori 5 memiliki kecepatan angin lebih dari 157 mph.
Namun, ketika badai tiba, bukan hanya angin yang menjadi penyebab utama kerusakan. Gelombang badai dan curah hujan yang tinggi sering kali menjadi penyebab masalah yang lebih mengancam jiwa.
Data Kematian Terkait Badai
Sebuah studi pada 2014 menunjukkan bahwa hanya 8% kematian terkait badai disebabkan oleh angin, sementara gelombang badai menyumbang 49%, dan curah hujan 27%.
"Sering kali, orang menggunakan kategori badai untuk menentukan apakah mereka akan evakuasi," jelas Profesor Jennifer Collins, peneliti badai di Universitas Florida Selatan.
Contoh Kasus: Badai Katrina dan Florence
Dalam studi terbaru, Collins dan timnya mengutip Badai Katrina dan Badai Florence sebagai contoh di mana pendekatan saat ini tidak mencukupi. Katrina, yang dikategorikan sebagai Kategori 3, menyebabkan sebagian besar kematian dan kerugian akibat hujan dan gelombang badai. Sementara itu, Florence yang diklasifikasikan sebagai Kategori 1 menghasilkan banjir besar yang menewaskan 55 orang.
Pentingnya Informasi yang Jelas
“Banyak orang membuat kesalahan dengan menganggap bahwa angka kategori yang rendah berarti tidak perlu khawatir,” tambah Collins. Penelitian menunjukkan bahwa dengan pemahaman yang lebih baik tentang bahaya curah hujan dan gelombang badai, masyarakat lebih mungkin untuk evacuasi.
Skala Baru: Tropical Cyclone Severity Scale
Sebagai alternatif, Skala Keparahan Siklon Tropis (TCSS) diperkenalkan untuk mencakup faktor-faktor seperti curah hujan dan gelombang badai, memberikan penilaian yang lebih komprehensif tentang risiko. Dalam skala ini, badai dinilai dari 1 hingga 5 untuk angin, hujan, dan gelombang badai, dengan kategori akhir dapat mencapai 6 jika beberapa bahaya ekstrem ada.
Penelitian Efektivitas Pendekatan Baru
Untuk menguji efektivitas pendekatan baru ini, Collins dan timnya melakukan eksperimen online dengan 4.000 penduduk di sepanjang pesisir Teluk dan Pantai Timur. Peserta menerima ramalan badai dan diminta untuk menilai potensi risiko serta keputusan evakuasi mereka.
Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang diinformasikan melalui TCSS lebih mampu mengidentifikasi bahaya utama dan lebih cenderung untuk evakuasi saat dihadapkan pada bahaya yang tidak terkait dengan angin.
Kesimpulan
Penggunaan skala baru yang lebih informatif diharapkan dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa dengan mengubah cara orang merespons badai. Collins percaya bahwa kini adalah saat yang tepat untuk beradaptasi demi keselamatan masyarakat.
Penelitian ini dipublikasikan dalam Scientific Reports.