Headline24jam.com – Komisioner BP Tapera, Heru Pudyo Nugroho, mengungkapkan adanya beberapa faktor yang menghambat penyaluran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) di tahun 2025. Hal ini disebabkan oleh daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan angka 5,04 persen pada Triwulan III 2025.
Penurunan Daya Beli Masyarakat
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa konsumsi rumah tangga mengalami penurunan, yang turun menjadi 4,89 persen. Data ini mencerminkan bahwa pemulihan daya beli masih belum optimal dan ada kebutuhan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat.
Heru mencatat, “Data tersebut memperlihatkan daya beli masyarakat masih tertahan. Pemulihan belum berjalan optimal, sehingga perlu langkah-langkah lanjutan untuk memacu konsumsi,” dalam penyampaian pada Sabtu, 22 November 2025.
Indeks Keyakinan Konsumen Melemah
Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun dari 123,5 pada tahun 2024 menjadi 115 pada September 2025. Meskipun ada peningkatan pada Oktober 2025 menjadi 121,2, pelemahan ini menandakan adanya masalah dalam daya beli.
Stimulus Pemerintah Belum Efektif
Heru menyoroti bahwa berbagai stimulus Pemerintah melalui program 8+4+5 belum mampu secara signifikan meningkatkan daya beli masyarakat. Program tersebut terdiri dari delapan program akselerasi untuk 2025, empat program lanjutan untuk 2026, dan lima program penciptaan lapangan kerja.
Diskusi Lima dengan Pengembang
Dalam upaya meningkatkan penyaluran FLPP, BP Tapera bersama Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman melakukan roadshow ke daerah-daerah dengan potensi permintaan rumah subsidi yang tinggi. Target kuota FLPP untuk tahun 2025 ditetapkan sebanyak 350.000 unit.
Heru menekankan pentingnya kolaborasi dengan pengembang dan bank penyalur untuk mencapai target tersebut. “Kami terus berkolaborasi untuk memastikan penyaluran FLPP dapat berjalan sesuai rencana,” tutupnya.