Headline24jam.com – Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, diduga memberi toleransi terhadap pelanggaran serius hingga 16 kali untuk akun-akun terlibat dalam aktivitas berbahaya, termasuk perdagangan manusia untuk seks, sebelum akun-akun tersebut ditangguhkan. Informasi mengejutkan ini diungkap oleh Vaishnavi Jayakumar, mantan Kepala Keselamatan dan Kesejahteraan Meta, dalam dokumen pengadilan terkait kasus keamanan anak di media sosial.
Temuan Mencengangkan dalam Dokumen Pengadilan
Dalam kesaksiannya, Jayakumar menegaskan bahwa akun-akun yang terlibat dalam kegiatan kriminal hanya akan ditangguhkan setelah mencapai pelanggaran ke-17. “Artinya, Anda bisa dikenakan 16 pelanggaran prostitusi dan ajakan seksual, dan setelah pelanggaran ke-17, akun Anda akan ditangguhkan,” ujarnya, seperti dikutip The Verge pada (25/11/2025). Kebijakan ini mendapat perhatian tinggi karena mencakup jenis pelanggaran yang sangat serius.
Menurut gugatan yang diajukan oleh sejumlah pihak, termasuk distrik sekolah dan jaksa agung, ambang batas pelanggaran ini merupakan yang tertinggi di industri media sosial. Keputusan Meta menimbulkan kritik keras mengingat risiko yang ditimbulkan terhadap anak-anak.
Kekurangan dalam Sistem Pelaporan CSAM
Dokumen pengadilan juga mengungkapkan kekurangan dalam sistem pelaporan materi pelecehan seksual anak (CSAM) di Instagram. Platform ini dikritik karena tidak memiliki mekanisme yang efisien untuk pengguna melaporkan konten berbahaya. Meskipun laporan diterima, dilaporkan bahwa Meta gagal menindaklanjuti keluhan ini secara memadai.
Jayakumar mengaku telah mengangkat isu ini berulang kali selama masa kerjanya, namun perusahaan selalu mengabaikannya dengan alasan beban kerja yang tinggi. Kejadian ini semakin mengkhawatirkan mengingat laporan-laporan yang diterima berasal dari dalam internal perusahaan sendiri.
Tanggapan Meta terhadap Tuduhan
Menanggapi tuduhan ini, Juru Bicara Meta, Andy Stone, memberikan bantahan tegas. “Kami sangat tidak setuju dengan tuduhan ini, yang mengandalkan kutipan-kutipan yang dipilih secara cermat dan opini yang salah informasi,” jelas Stone kepada The Verge. Ia menekankan bahwa Meta telah mendengarkan keluhan orang tua dan melakukan berbagai penyesuaian untuk melindungi anak-anak pengguna.
Perubahan yang dilakukan termasuk pengenalan akun remaja dengan pengaturan keamanan bawaan. Di tengah tantangan ini, isu keamanan di platform digital semakin mendapat sorotan, terutama setelah kasus-kasus seperti di Roblox yang menghadapi tantangan serupa dalam melindungi pengguna muda.
Penekanan Global pada Tanggung Jawab Digital
Kejadian ini muncul di tengah tekanan global kepada perusahaan teknologi agar lebih bertanggung jawab terhadap konten di platform mereka. Berbagai negara mulai menerapkan regulasi yang lebih ketat, sementara organisasi masyarakat sipil mendorong transparansi dalam pengelolaan konten.
Kasus ini menyoroti urgensi kebutuhan akan sistem pelaporan yang efektif serta menunjukkan pentingnya respons terhadap isu-isu keamanan digital seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Perkembangan lebih lanjut dalam gugatan keamanan anak terhadap Meta akan terus dipantau, mengingat dampaknya pada kebijakan perlindungan pengguna di seluruh dunia.
Hasil dari proses hukum ini berpotensi menciptakan preseden penting bagi standar keamanan digital di masa mendatang.