Headline24jam.com – Toco, platform e-commerce yang baru beroperasi selama satu tahun, mengumumkan pemberian gratis biaya administrasi kepada para membernya. Arnold Sebastian Egg, Founder dan CEO Toco, menjelaskan kebijakan ini untuk mendukung pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam acara Digital Economy & Telco Outlook 2026 yang berlangsung pada Rabu, 26 November 2025.
Arnold menegaskan bahwa meskipun Toco masih baru, inovasi dan improvisasi adalah kunci untuk terus berkembang. “Kami tidak mengenakan biaya administrasi, yang diharapkan dapat membantu UMKM untuk bertumbuh,” ungkapnya. Ia juga menyadari banyaknya e-commerce yang bermunculan tetapi kemudian tutup di Indonesia. Menurutnya, dengan terus berimprovisasi, Toco bisa bertahan dan mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Prospek E-Commerce di Indonesia
Arnold optimis bahwa sektor e-commerce di Indonesia akan terus berkembang pada tahun 2026, meskipun ada banyak pesaing yang sudah gulung tikar. Ia meyakini bahwa meski Toco tumbuh secara perlahan, keberadaannya akan tetap eksis di pasar. Di sisi penjualan, Toco mencatatkan bahwa produk gadget dan elektronik menyumbang sekitar 8-9% dari total penjualannya.
Tren dan Tantangan di Ekonomi Digital
Acara Digital Economy & Telco Outlook 2026 yang digelar sebelumnya mencakup berbagai tren dan prediksi untuk industri teknologi Indonesia. Uday Rayana, CEO & Editor in Chief Selular Media Network, menyatakan bahwa acara ini bertujuan memberikan perspektif komprehensif mengenai masa depan ekonomi digital di Indonesia.
Ia menyebutkan bahwa prospek ekonomi digital pada tahun 2026 masih menunjukkan pertumbuhan meskipun ada tantangan dari perlambatan ekonomi global. Faktor-faktor seperti perkembangan kecerdasan buatan (AI), jaringan 5G, dan komputasi awan berkontribusi pada pertumbuhan tersebut.
Implikasi dan Inovasi dalam Sektor Digital
Dalam diskusi yang diadakan, Bramantiyoko Sasmito dari NielsenIQ Indonesia menyatakan bahwa pasar gadget di Indonesia menunjukkan peningkatan pada kuartal kedua dan ketiga tahun 2025. “Kami yakin pertumbuhan akan berlanjut di tahun 2026, asalkan brand dapat memenuhi keinginan konsumen,” kata Bramantiyoko.
Sementara itu, Kelik Fidwiyanto dari DANA menekankan pentingnya improvisasi, termasuk penerapan AI dalam sektor fintech. “Kami menerapkan teknologi AI untuk meningkatkan layanan pelanggan dan mencegah penipuan,” ujarnya.
Daya Beli Masyarakat yang Stagnan
Pengamat ekonomi, Teuku Riefky, dari LPEM UI memperkirakan bahwa belanja gadget dan barang elektronik kemungkinan akan stagnan pada tahun 2026. Ia mengaitkan ini dengan kondisi ekonomi Indonesia dan daya beli masyarakat yang masih belum stabil. “Daya beli masyarakat hanya tumbuh 3% sejak 2017,” jelasnya.
Riefky menambahkan, meski belanja tidak meningkat, masyarakat tetap akan berbelanja, tetapi dengan pola pengeluaran yang lebih ketat. Ia juga menyebut bahwa perbaikan lapangan kerja harus didorong oleh investasi yang lebih baik.
Melihat semua data dan prediksi di atas, para pelaku industri diharapkan dapat beradaptasi dengan cepat untuk menghadapi tantangan di sektor e-commerce dan teknologi.