
Headline24jam.com – Upacara tradisional Siraman dan Ngalungsur Geni di Kabupaten Garut, Jawa Barat, dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 14 bulan Maulud. Acara ini merupakan wujud syukur masyarakat setempat kepada Tuhan dan penghormatan kepada leluhur, serta bertujuan melestarikan tradisi yang telah diwariskan.
Makna Upacara Siraman dan Ngalungsur Geni
Upacara Siraman memiliki makna "mencuci," sedangkan Ngalungsur berarti "mewariskan." Geni, yang merupakan senjata pusaka meriam bernama Guntur Geni, mempunyai sejarah penting di Desa Dangiang. Tradisi ini menjadi simbol penerusan kesaktian benda-benda pusaka dan penghormatan kepada pendiri desa.
Asal Usul Tradisi Ngalungsur Geni
Latar belakang tradisi Ngalungsur Geni berkaitan dengan peringatan terhadap jasa Sunan Godog, yang berperan dalam penyebaran Islam di Garut. Masyarakat melakukan ziarah ke tempat keramat dan memelihara benda-benda peninggalan sebagai bentuk rasa syukur dan hormat.
Tahapan Ngalungsur Geni
Rangkaian Ngalungsur Geni terdiri dari lima tahapan: ngalirap, membuka sejarah desa, ziarah kubur, mencuci pusaka, dan doa bersama. Kegiatan ngalirap melibatkan gotong-royong masyarakat untuk membersihkan lingkungan sekitar. Pencucian pusaka berlangsung di Sungai Cidangiang, dan air bekas pembersihan diyakini membawa berkah.
Pantangan dalam Upacara
Selama upacara, terdapat beberapa pantangan yang harus diikuti. Warga dilarang mengenakan alas kaki, mengambil batu, atau memetik bunga di area makam. Ziarah hanya boleh dilakukan pada hari Senin dan Kamis. Wanita menstruasi tidak diperkenankan menyentuh pusaka dan tidak boleh memimpin upacara.
Tradisi Siraman dan Ngalungsur Geni menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Garut, terjalin erat dengan nilai sejarah dan warisan budaya lokal. Upacara ini tidak hanya merayakan asal-usul desa, tetapi juga memperkuat hubungan sosial antarpenduduk berkat kebersamaan dalam menjalankan tradisi.