
Headline24jam.com – Polisi sering dikerahkan untuk mengamankan demonstrasi, namun terkadang aksi unjuk rasa berubah menjadi kerusuhan. Dalam situasi ini, aparat keamanan sering menggunakan tindakan taktis, termasuk gas air mata dan meriam air, serta peluru karet dan peluru tajam. Penggunaan peluru ini tidak terlepas dari kontroversi dan bahaya yang menyertainya.
Peluru Karet: Senjata Pengendali Massa
Peluru karet, yang terbuat dari bahan karet atau plastik keras, digunakan aparat kepolisian untuk mengendalikan massa. Dibandingkan peluru tajam, peluru karet memiliki daya penetrasi lebih rendah karena kecepatan tembaknya sekitar 60 meter per detik. Meskipun ditujukan untuk mengurangi angka korban jiwa, penggunaan peluru karet tetap berpotensi menimbulkan cedera serius, terutama jika ditembakkan dari jarak dekat.
Sejak diperkenalkan oleh pemerintah AS pada tahun 1960-an, peluru karet telah digunakan dalam pengendalian kerusuhan dan latihan menembak. Namun, data dari Irlandia Utara mencatat bahwa ada 90 kasus cedera akibat peluru karet, termasuk satu kematian dan 17 orang yang mengalami cacat permanen.
Peluru Tajam: Potensi Mematikan
Sebaliknya, peluru tajam yang terbuat dari logam, memiliki daya penetrasi yang sangat kuat dan dapat berakibat fatal. Dengan desain yang dikembangkan pada abad ke-19, peluru ini dirancang untuk memberikan akurasi dan daya hancur maksimal. Sekitar 90% luka tembak di area vital seperti otak berujung pada kematian. Oleh karena itu, peluru tajam jarang digunakan dalam situasi unjuk rasa, kecuali dalam keadaan darurat yang sangat mendesak.
Risiko dan Keamanan
Meskipun peluru karet dianggap sebagai senjata tidak mematikan, penggunaannya di dekat tubuh vital seperti kepala atau dada bisa sangat berbahaya. Dalam konteks pengamanan demonstrasi, risiko penggunaan peluru tajam jauh lebih signifikan, sehingga polisi berupaya untuk tidak menggunakannya dalam kerumunan.
Perbedaan utama antara peluru karet dan peluru tajam terletak pada bahan, daya tembak, dan risiko fatalitas. Peluru karet dirancang untuk mengontrol kerumunan tanpa menyebabkan kematian, sementara peluru tajam merupakan amunisi berbahaya yang penggunaannya harus sangat terbatas.
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.