Headline24jam.com – Pemerintah China menegaskan komitmennya untuk melanjutkan kerja sama perdagangan dan energi dengan Rusia, meskipun mendapatkan tekanan dari Presiden AS Donald Trump. Beijing menilai usaha AS untuk menghentikan pembelian minyak Rusia sebagai aksi intimidasi sepihak yang dapat mengguncang stabilitas global.
China Menyikapi Tekanan AS
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing pada Kamis menjelaskan bahwa kerja sama China dengan Rusia adalah legal dan sesuai hukum internasional.
“Langkah yang diambil AS merupakan intimidasi sepihak dan pemaksaan ekonomi,” ungkap Lin Jian.
Tanggapan Terhadap Pernyataan Trump
Pernyataan ini dikeluarkan setelah Donald Trump menyatakan bahwa Perdana Menteri India, Narendra Modi, setuju untuk menghentikan pembelian minyak dari Rusia. Trump juga mengungkapkan harapannya agar China mengikuti langkah yang sama.
“Stop pada pembelian minyak Rusia akan berdampak besar pada aturan ekonomi dan perdagangan internasional,” lanjur Lin Jian.
Posisi Objektif China
Lin Jian menegaskan bahwa posisi China terhadap krisis Ukraina adalah objektif, adil, dan transparan.
“Dunia dapat melihat dengan jelas bahwa kami menolak sanksi sepihak dan jurusistik tidak sah yang dijatuhkan oleh AS terhadap kami,” tambahnya.
Tindakan Balasan yang Mungkin Ditempuh
Ia juga memperingatkan bahwa jika kepentingan sah China terganggu, negara tersebut tidak ragu untuk mengambil tindakan balasan guna melindungi kedaulatan dan keamanan nasional.
“China berkomitmen untuk mendorong perundingan perdamaian terkait krisis Ukraina,” tegasnya. Ia menekankan pentingnya pertukaran dan kerja sama antara perusahaan China dan Rusia tetap berlangsung tanpa gangguan.
Situasi Pasar Energi Global
Trump menyatakan bahwa proses penghentian pembelian minyak dari Rusia oleh India telah dimulai, meskipun memerlukan waktu untuk sepenuhnya terimplementasi.
Minyak dan gas merupakan komoditas ekspor terbesar Rusia, di mana China, India, dan Turki merupakan pelanggan utama Moskow.
Dengan latar belakang tersebut, hubungan perdagangan dan energi antara China dan Rusia terus berlanjut, menunjukkan keteguhan Beijing terhadap kebijakan luar negerinya meski ada tekanan dari Washington.