Headline24jam.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan komitmen pemerintahan Presiden Prabowo untuk melanjutkan program transisi energi baru terbarukan (EBT) di tengah keraguan dari sejumlah negara maju. Dalam acara International Sustainability Forum (ISF) 2025 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JICC) pada Jumat (10/10), Bahlil menyampaikan pentingnya investasi dalam proyek EBT untuk masa depan energi Indonesia.
Geopolitik dan Ketidakpastian
Bahlil mengungkapkan keprihatinannya terkait kondisi geopolitik dan geoekonomi global yang tidak stabil. Ketidakpastian ini, menurutnya, menyebabkan banyak negara mulai ragu dalam memenuhi komitmen iklim, termasuk dalam penyusunan Paris Agreement. Ia melihat beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, menunjukkan penurunan semangat dalam agenda pengurangan emisi.
“Jika kita mendengar pidato Presiden Amerika di PBB, terlihat ada keraguan mengenai transisi energi,” kata Bahlil.
Konsistensi Indonesia
Meski adanya ketidakpastian global, Bahlil menekankan bahwa Indonesia akan tetap konsisten dalam menjalankan agenda transisi energi. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, pemerintah berkomitmen untuk memprioritaskan energi baru terbarukan. Bahlil menjelaskan, kedaulatan energi merupakan bagian dari visi Presiden Prabowo dan Kementerian ESDM diperintahkan untuk mengawal agenda tersebut.
Ketergantungan Energi Fosil
Situasi saat ini menuntut Indonesia untuk mengalihkan ketergantungan dari energi fosil. Produksi minyak nasional hanya mencapai sekitar 580.000 barel per hari, sedangkan konsumsi per harinya mencapai 1,5 hingga 1,6 juta barel. Akibatnya, Indonesia harus mengimpor hampir 1 juta barel minyak setiap hari, yang membebani negara dengan nilai impor mencapai sekitar Rp 776 triliun per tahun.
Solusi Jangka Panjang: Energi Baru Terbarukan
Untuk mengatasi ketergantungan ini, Bahlil menekankan pentingnya pengembangan EBT sebagai solusi jangka panjang. Ia menyebut Indonesia memiliki sumber daya EBT yang melimpah, seperti panas bumi, matahari, angin, dan air.
Pemerintah telah mengesahkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk periode 2025-2034, di mana kapasitas sebesar 69,5 Gigawatt (GW) dialokasikan khusus untuk pembangkit EBT.
Ajakan kepada Investor
Bahlil membuka peluang bagi investor dalam dan luar negeri untuk berpartisipasi dalam proyek ini. Ia mengajak investor untuk tidak meragukan konsistensi Indonesia dalam mendorong energi baru terbarukan. “RUPTL kita sudah disahkan, dan kami menunggu dukungan dari semua pihak,” ujarnya.
Bahlil juga mengakui bahwa salah satu tantangan dalam pengembangan EBT adalah lokasi potensial yang berada di daerah terisolasi, yang memerlukan perhatian lebih terkait penyediaan jaringan listrik.
Inisiatif ini menjadi langkah penting dalam mewujudkan transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi Indonesia.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka.