
Headline24jam.com – Tepuk tangan menggema di ballroom Hotel Alpha, Pekanbaru, pada bulan Agustus 2025, saat Rudianto Manurung terpilih secara aklamasi untuk memimpin Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) Riau selama periode 2025–2029. Dalam pidatonya, Rudianto mengungkapkan bahwa kepemimpinannya bukan untuk klaim prestasi, melainkan sebagai panggilan pengabdian untuk sepak takraw di Riau.
Membangkitkan Sepak Takraw
Rudianto, sosok yang jauh dari citra pejabat olahraga, memilih terjun langsung ke lapangan. Sejak menjabat Ketua PSTI Riau pada 2021, dia menemukan organisasi dalam kondisi hampir mati suri. Turnamen sepi, dan banyak atlet kehilangan arah. Ia kemudian melakukan kunjungan ke berbagai kabupaten, termasuk Rokan Hulu dan Bengkalis, untuk membangkitkan semangat para pelatih dan pemain.
“Kalau bukan kita yang merawat, siapa lagi?” ujarnya, menekankan pentingnya menjaga identitas olahraga yang merupakan bagian dari budaya Melayu.
Prestasi yang Mengesankan
Di bawah kepemimpinannya, Rudianto memprioritaskan pembinaan berjenjang dan mengadakan banyak kompetisi lokal. Hasilnya, dalam waktu dua tahun, Riau menjadi salah satu penghasil atlet terbanyak bagi tim nasional Indonesia. Nama-nama seperti Muhammad Hafiz dan Wan Annisa telah membawa pulang medali di SEA Games 2023 di Kamboja.
“Anak-anak Riau bisa bersaing di level Asia Tenggara,” kata Rudianto, penuh bangga. Prestasi ini membuatnyaa diakui sebagai sosok penting dalam dunia olahraga.
Dukungan yang Kuat
Saat mendekati Musyawarah Nasional (Munas) PB PSTI, banyak pengurus daerah mulai memberikan dukungan agar Rudianto maju ke level nasional. Seorang pengurus KONI dari Sumatera Barat menilai kepemimpinan Rudianto telah menunjukkan bukti nyata dan keberhasilan yang luar biasa.
“Figur seperti ini yang dibutuhkan untuk membawa sepak takraw Indonesia ke level dunia,” ungkapnya.
Menuju Kejuaraan Dunia
Rudianto menerima dukungan tersebut dengan sikap tenang. Ia memiliki cita-cita lebih besar untuk sepak takraw Indonesia, seperti menjuarai Kejuaraan Dunia ISTAF yang diadakan setiap empat tahun dan King’s Cup, turnamen tahunan bergengsi.
“Saya ingin memperkuat pelatnas, menggandeng sponsor jangka panjang, dan memastikan kesejahteraan atlet sebagai prioritas,” jelasnya.
Momen di Lapangan
Di suatu malam, Rudianto duduk di pinggir lapangan sambil memandang para atlet muda yang berlatih. “Jika ada di antara mereka yang berdiri di podium dunia, itu sudah cukup bagi saya,” katanya dengan harapan. Ia sadar bahwa tidak semua pengorbanannya akan tercatat, tetapi ia tetap bertekad untuk menyalakan api semangat lebih besar dalam sepak takraw.
Penutup
Rudianto Manurung telah membuktikan bahwa sepak takraw bukan sekadar olahraga, tetapi juga harga diri bangsa. Dengan semangat dan dedikasi, ia optimis bahwa anak-anak Indonesia bisa berprestasi di tingkat dunia.