
Headline24jam.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mengungkapkan hasil sementara dari uji laboratorium terkait dugaan keracunan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Pamarican dan Kawali. Menu dari makanan tersebut diduga menjadi penyebab keracunan dengan indikasi positif bakteri.
Sumber Keracunan di Pamarican dan Kawali
Sanitarian Ahli Muda Dinas Kesehatan Ciamis, Ii Sumarni, menyatakan bahwa uji lab menunjukkan bahwa keracunan di Pamarican berasal dari menu daging ayam, sedangkan di Kawali terkait dengan menu keju kemasan. Hasil dari pemeriksaan di Pamarican menunjukkan adanya bakteri E. coli pada ayam goreng yang diuji.
Penyebab Kontaminasi Bakteri E. coli
“Bakteri E. coli berasal dari kontaminasi bakteri sanitasi yang dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, seperti air yang digunakan, tangan penjamah, atau sayuran dan peralatan masak,” ungkap Ii Sumarni dalam acara di PWI Ciamis pada Kamis (16/10/25).
Urgensi Sertifikasi SLHS untuk Dapur SPPG
Menurut Ii, dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) harus memiliki sertifikat laik hygiene sanitasi (SLHS) agar dapat menjamin keamanan pangan. Dari total 88 SPPG yang beroperasi, belum ada yang memiliki sertifikat SLHS, meskipun 64 di antaranya telah mengikuti pelatihan.
“SPPG harus memenuhi syarat ketat sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pelatihan karyawan dan pemeriksaan alat masak,” tambahnya.
Percepatan Penertiban Sertifikat SLHS
Baru-baru ini, Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran yang memudahkan proses pengajuan SLHS tanpa harus melalui sistem online. Namun, perbedaan dalam prosedur di berbagai daerah menjadi tantangan dalam penerapan kebijakan ini.
Data Program Makan Bergizi Gratis
Sekdis Pendidikan Ciamis, Muharam, menyebutkan bahwa sekitar 120.412 siswa dari total 161.710 siswa di berbagai tingkatan sekolah telah menerima manfaat dari program MBG. “Ini setara dengan 70 persen anak yang terlibat,” katanya.
Langkah Pencegahan Keracunan di Sekolah
Setelah insiden keracunan, pihak Dinas Pendidikan menginstruksikan para guru untuk memeriksa kondisi makanan yang dikirim dari SPPG sebelum disajikan kepada siswa. Jika menemukan ketidaklayakan pada makanan, guru diharuskan segera berkoordinasi untuk menarik kembali makanan tersebut.
Kejadian ini menyoroti pentingnya keamanan pangan dalam program yang ditujukan untuk meningkatkan gizi anak-anak.