Headline24jam.com – Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Filep Wamafma, mengusulkan agar kurikulum mengenai peradaban dan nilai-nilai tokoh misionaris, Ishak Samuel Kijne, diintegrasikan ke dalam muatan lokal pendidikan di Tanah Papua. Pernyataan ini disampaikan dalam perayaan 100 tahun Aitumeri yang berlangsung di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, pada Sabtu (25/10).
Pentingnya Mengajarkan Sejarah Kijne
Filep menekankan bahwa pemikiran Kijne, yang mengedepankan iman, ilmu, dan tanggung jawab moral, merupakan pilar peradaban bagi masyarakat Papua. “Sejarah dan filosofi Kijne jangan hanya diingat, tetapi perlu diajarkan secara sistematis di sekolah,” tegasnya.
Tindakan Pemerintah Daerah
Dia menambahkan, pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal yang sesuai, guna memastikan nilai-nilai luhur Kijne tidak hilang dari kesadaran generasi muda Papua. “Lembaga pendidikan harus menjadi sarana untuk menanamkan nilai moral, etika, dan spiritualitas,” ujar Filep.
Membangun Identitas Papua
Filep juga mengingatkan pentingnya memberikan referensi yang cukup kepada anak-anak agar mereka tidak kesulitan memahami filosofi hidup orang Papua 20–30 tahun mendatang. “Jika kurikulum ini diterapkan, maka itu bukan sekadar pelajaran sejarah, tetapi upaya membangun manusia Papua yang beriman, berilmu, dan berkarakter,” tambahnya.
Momentum Pembangunan Berbasis Nilai
Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, menegaskan bahwa perayaan 100 tahun Aitumeri adalah momen untuk meneguhkan arah pembangunan yang berlandaskan iman, ilmu, dan kasih, sebagaimana diwariskan Kijne.
Program Pendidikan Papua Barat
Saat ini, Pemerintah Provinsi Papua Barat telah meluncurkan program strategis seperti Papua Cerdas dan beasiswa afirmasi untuk mahasiswa asli Papua. Selain itu, terdapat fokus pada peningkatan kualitas guru dan infrastruktur sekolah, terutama di daerah terpencil.
“Ini momen refleksi bagi seluruh pemerintah daerah di Tanah Papua untuk memperkuat komitmen terhadap pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan,” tutup Dominggus.