Headline24jam.com – Konflik di Sudan terus menghangat setelah lebih dari 2.000 orang dilaporkan tewas dalam dua hari terakhir di El Fasher, Provinsi Darfur Utara. Insiden ini terjadi setelah Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sepenuhnya menguasai kota tersebut pada 26 Oktober.
Pengungsi Meningkat Drastis
Lebih dari 390.000 warga terpaksa meninggalkan rumah mereka. Hal ini diungkapkan oleh Agad bin Kony, juru bicara Tentara Pembebasan Sudan pro-pemerintah, dalam pernyatannya kepada RIA Novosti pada Kamis (30/10).
Bukti Pembunuhan Massal
Sementara itu, laporan dari Daily Mail menyatakan bahwa jumlah korban tewas masih sulit untuk diverifikasi. Namun, gambar satelit menunjukkan indikasi pembunuhan massal, dengan genangan darah dan tumpukan mayat yang dapat terlihat dari luar angkasa.
Latar Belakang Konflik
Konflik ini berakar dari persaingan kekuasaan antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan RSF. SAF dipimpin oleh Panglima Militer Abdel Fattah al‑Burhan, sementara RSF dikomandani oleh Mohamed Hamdan Dagalo, lebih dikenal sebagai Hemedti.
Asal Usul RSF
RSF dibentuk pada 2013 oleh mantan Presiden Omar al-Bashir, dengan tujuan menumpas pemberontakan. Pasukan ini berasal dari milisi Janjaweed yang dituduh melakukan kejahatan perang pada awal 2000-an.
Ketegangan Memuncak
Dalam beberapa tahun terakhir, RSF menjadi kekuatan militer yang signifikan, bahkan menyaingi SAF. Ketegangan semakin memuncak ketika pemerintah transisi Sudan berencana mengintegrasikan RSF ke dalam SAF pada akhir 2022. Hemedti menolak rencana itu, yang menyebabkan konflik terbuka pada 15 April 2023.
Implikasi Krisis Kemanusiaan
Sejak pertempuran dimulai, lebih dari satu juta warga telah terpaksa mengungsi, dan puluhan ribu lainnya dilaporkan tewas. Insiden berdarah di El Fasher adalah perkembangan terbaru dalam konflik yang berlangsung selama dua tahun ini, semakin memperburuk krisis kemanusiaan di Sudan.
Tindakan Internasional Diperlukan
Dalam kondisi ini, PBB mendesak penghentian sementara konflik demi kemanusiaan. Berbagai organisasi kemanusiaan juga mengungkapkan kekhawatiran mengenai eskalasi situasi di Sudan.
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.