Headline24jam.com – Mantan Presiden Joko “Jokowi” Widodo membela proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, yang dikenal sebagai Whoosh, di tengah polemik mengenai utang dan efisiensi keuangannya. Dia menjelaskan bahwa proyek ini tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan finansial, melainkan untuk mengatasi kemacetan yang telah berlangsung lama di kawasan metropolitan, terutama di Jakarta dan Bandung.
Investasi untuk Mobilitas Publik
Dalam penjelasannya di Solo, Jawa Tengah, pada hari Senin, Jokowi mengatakan investasi sebesar 7,3 miliar dolar AS bertujuan untuk mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik. “Jakarta mengalami kemacetan yang sangat parah selama 20 hingga 30 tahun, menyebabkan kerugian ekonomi sekitar Rp 65 triliun per tahun,” ucap Jokowi. Jika melibatkan wilayah Jabodetabek, total kerugian ekonomi bisa mencapai lebih dari Rp 100 triliun setiap tahunnya.
Dampak Positif Proyek Whoosh
Jokowi mengungkapkan bahwa pengembangan berbagai moda transportasi publik, termasuk Whoosh, merupakan langkah strategis untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan efisiensi ekonomi. “Transportasi publik bukan untuk mencari untung. Ini adalah layanan publik dengan keuntungan sosial seperti emisi yang berkurang dan udara yang lebih bersih,” katanya.
Kehadiran kereta cepat ini telah mulai memberikan dampak positif, dengan pertumbuhan ekonomi lokal di sekitar stasiun. Jokowi menekankan bahwa proyek ini juga meningkatkan pariwisata di Bandung dan mendorong perkembangan usaha lokal.
Tantangan Utang
Namun, meskipun proyek Whoosh menawarkan banyak manfaat, kritik publik mengenai struktur utang dan keberlanjutan keuangannya terus meningkat. Indonesia saat ini membayar pinjaman kepada China Development Bank (CDB) yang mendanai 75% proyek tersebut. Pinjaman awal dengan bunga 2% kini meningkat menjadi 3,4% karena berbagai faktor termasuk pandemi COVID-19.
Penasihat ekonomi Presiden Prabowo, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa pihak China telah menyetujui skema restrukturisasi pinjaman agar masa pembayaran diperpanjang menjadi 60 tahun.
Konsorsium dan Beban Keuangan
Konsorsium yang mengoperasikan Whoosh terdiri dari Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan mitra dari China. PSBI memegang 60% saham dan dipimpin oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI). KAI, sebagai pemimpin konsorsium, harus menanggung bunga tahunan sekitar Rp 2 triliun, melebihi proyeksi pendapatan tahunan proyek yang hanya mencapai Rp 1,5 triliun, sehingga meningkatkan tekanan finansial.
Mantan Menko Polhukam Mahfud MD juga mengkritik proyek ini, menyarankan bahwa Indonesia seharusnya memilih pinjaman yang lebih menguntungkan dari Jepang yang menawarkan bunga 0,1%.
Warisan Infrastruktur
Jokowi menegaskan bahwa meskipun proyek Whoosh menghadapi berbagai tantangan, ia tetap percaya bahwa itu akan menjadi warisan infrastruktur yang penting. “Untuk menilai keberhasilan proyek ini, kita harus melihat seberapa banyak kota, ekonomi, dan lingkungan kita akan menjadi lebih baik,” tutupnya.