
Headline24jam.com – Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, Indroyono Soesilo, menandaskan bahwa riset mengenai beras berprotein tinggi dan rendah glikemik merupakan terobosan penting untuk menghadapi tantangan kesehatan global. Pernyataan ini disampaikan dalam webinar bertajuk “Unlocking Rice’s Hidden Power: A Path to World Health Transformation” yang berlangsung di Washington pada 8 Oktober 2025.
Kontribusi Riset Beras
Dalam acara yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar RI di Washington, Indroyono mengungkapkan bahwa penelitian ini menjadi contoh bagaimana sains dan diplomasi dapat saling mendukung. Ia merujuk pada ilmuwan Indonesia, Herry S. Utomo, profesor dari Louisiana State University (LSU), yang menjadi pembicara kunci dalam webinar tersebut.
Agenda Kemandirian Pangan
Indroyono menggarisbawahi pentingnya riset ini untuk memperkuat kontribusi Indonesia dalam pengembangan penelitian pangan berkelanjutan dan kesehatan global. Inovasi ini sejalan dengan agenda Presiden Prabowo Subianto mengenai kemandirian pangan, yang dikenal dengan istilah Asta Cita.
Varietas Beras Inovatif
Herry Utomo menjelaskan bahwa varietas beras baru, seperti Frontière, memiliki kandungan protein 50% lebih tinggi dibandingkan beras biasa. Dengan indeks glikemik rendah 41, varietas ini dapat memberikan manfaat bagi penderita diabetes dan obesitas.
Beras tersebut juga mengandung γ-oryzanol, yang efektif untuk menurunkan kolesterol dan tekanan darah, serta pati resisten yang dapat meningkatkan kesehatan usus dan memberikan rasa kenyang lebih lama.
Mengubah Paradigma Pangan
“Selama ini, beras dianggap hanya sebagai sumber kalori kosong. Dengan pendekatan ilmiah, beras bisa dikembangkan menjadi pangan fungsional yang berperan penting bagi kesehatan global,” terang Herry.
Harapan untuk Ketahanan Pangan
Indroyono menambahkan bahwa Indonesia ingin mencapai kedaulatan pangan yang tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga pada peningkatan nilai gizi. Ia berharap Indonesia dapat berperan lebih aktif dalam mendukung ketahanan pangan global, dengan menekankan bahwa swasembada pangan bukan hanya mengenai kuantitas, tetapi juga kualitas gizi.
Komitmen Diplomasi Ilmiah
Kedutaan Besar RI di Washington berkomitmen untuk memperkuat diplomasi di bidang pendidikan, sains, dan teknologi. Mereka berencana menjembatani kolaborasi antara penelitian inovatif dan diaspora Indonesia untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan dan inklusif.