Headline24jam.com – Ellyzan Katan, seorang penulis asal Ranai, Natuna, berbagi pemikirannya mengenai hubungan antara realitas dan imaji dalam dunia sastra. Dalam tulisannya, Katan mengekspresikan refleksi terhadap tumbuhan yang ditanam di rumahnya, seperti betek dan delima, sebagai simbol dari interaksi manusia dengan alam yang penuh makna.
Perspektif Tumbuhan dan Kemanusiaan
Katan menjelaskan bahwa ia menanam beberapa jenis tumbuhan, seperti betek (Carica Papaya) dan jambu bal (Syzygium Malaccense), yang tidak hanya memberikan hasil, tetapi juga menjadi cerminan dari kehidupan sosialnya. Namun, tidak semua tumbuhan tersebut berbuah, menunjukkan bahwa ada unsur ketidakpastian dalam kehidupan.
Imaji dan Realitas
Katan menggambarkan tantangan yang dihadapi dalam memahami realitas di era digital. Ia menyinggung bagaimana imaji sering kali menjadi kabur, seiring dengan kecenderungan kolektif untuk melihat dunia melalui lensa digital. Realitas bisa tampak seperti imaji, sementara imaji juga dapat mewakili realitas.
Karya Sastra dan Kekuatan Imaji
Penulis terkemuka seperti Orhan Pamuk dan Pramoedya Ananta Toer menjadi contoh bagaimana karya sastra dapat menggabungkan realitas dan imaji. Katan mengutip banyak karya mereka untuk menunjukkan bagaimana penggambaran kehidupan dan kemanusiaan dapat dihadirkan dalam bentuk yang memikat.
Cengkih Sebagai Simbol Kehidupan
Katan menyentuh tentang pentingnya cengkih dalam kehidupan masyarakat Pulau Tujuh, menggambarkan bagaimana tumbuhan ini bukan hanya sekadar komoditas, tetapi juga bagian vital dari kehidupan sehari-hari. Melalui cengkih, banyak orang tua mampu menyekolahkan anak-anak mereka, menandakan peran signifikan yang dimiliki oleh hasil perkebunan ini.
Kesimpulan
Melalui refleksinya, Katan menunjukkan bahwa kondisi sosial dan realitas lingkungan berperan penting dalam karya sastra. Ia berharap, para penulis dapat mengeksplorasi keduanya dengan lebih mendalam, menciptakan karya yang tidak hanya merekam realitas, tetapi juga mengungkapkan imaji yang berarti.
Oleh: Ellyzan Katan
Penulis asal Ranai, Natuna