
Headline24jam.com – Kematian seorang pelajar di SMA Negeri 6 Garut, Jawa Barat, yang awalnya diduga akibat perundungan, ternyata tidak berkaitan dengan tindakan bullying. Hasil investigasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyebutkan bahwa penyebab kematian siswa tersebut berbeda dari asumsi yang berkembang di masyarakat.
Pemulihan Nama Baik
Meskipun hasil investigasi telah dikeluarkan, reputasi sekolah serta para guru dan siswa telah terlanjur ternoda. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menekankan pentingnya pemulihan nama baik lembaga pendidikan tersebut. Hal ini juga penting bagi psikologis siswa, guru, dan Kepala Sekolah yang sempat dinonaktifkan oleh Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi.
Ato Rinanto, Ketua KPAI Daerah Tasikmalaya yang membawahi Garut, menyatakan, "Pemulihan nama baik tidak bisa dilakukan oleh satu sektor saja. Harus melibatkan banyak pihak, mulai dari guru, orang tua, hingga pemerintah."
Peran Media dan Masyarakat
Pemulihan ini sangat diperlukan untuk mengembalikan kepercayaan publik yang merosot. Ato menegaskan bahwa media memiliki peran penting dalam menjelaskan fakta dan membantu sekolah dalam memperbaiki citranya. “Peran media, masyarakat, dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk meluruskan opini yang salah,” tambahnya.
KPAI juga menyerukan pentingnya pendampingan psikologis bagi siswa yang terpengaruh. Konseling dianggap krusial agar mereka bisa merasa aman dan percaya diri kembali.
Dampak Asumsi Publik
Ato Rinanto mengkritik fenomena viral di era digital, di mana informasi dapat menyebar dengan cepat tanpa verifikasi. "Segala sesuatu yang viral itu sifatnya sesaat, namun dampaknya bisa panjang jika tidak segera diluruskan," jelasnya.
Dia juga menyoroti bahwa publik sempat berasumsi bahwa kematian pelajar terkait bullying. Namun, investigasi menunjukkan bahwa penyebabnya adalah faktor lain. Kasus serupa terjadi di Tasikmalaya, di mana kepala sekolah terbukti tidak bersalah namun pemulihan namanya tidak sebanding dengan serangan isu negatif yang ada.
Tindakan Penanganan
KPAI menilai bahwa kasus di Garut harus segera ditangani dengan pendekatan pemulihan menyeluruh. Mereka berharap agar tim khusus yang melibatkan KPAI, psikolog, serta pihak terkait lainnya dapat dibentuk. "Langkah cepat ini diperlukan agar sekolah, guru, dan siswa tidak terus menanggung beban psikis karena stigma yang tidak benar," ungkapnya.
Informasi yang tidak lengkap serta keputusan yang tergesa-gesa berpotensi menambah kesalahpahaman di masyarakat. KPAI mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam memulihkan citra sekolah dan membantu siswa yang terdampak.