
Headline24jam.com – Penelitian terbaru mengenai transplantasi sel punca mesenkimal menunjukkan potensi terapi untuk berbagai penyakit, termasuk stroke, Alzheimer, dan diabetes. Hasil studi ini mengungkap tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan kelangsungan hidup dan fungsionalitas sel punca setelah transplantasi.
Penemuan Sel Punca Mesenkimal
Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa rendahnya viabilitas dan diferensiasi sel punca mengakibatkan efektivitas pengobatan yang kurang memuaskan. Tingkat kelangsungan hidup yang rendah seringkali terkait dengan tingginya kejadian apoptosis, baik selama kultur maupun pasca-transplantasi.
Kondisi jaringan yang rusak tidak mendukung kelangsungan hidup sel punca, sehingga menyulitkan efektivitas transplantasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa budidaya sel punca mesenkimal di lingkungan bertekanan oksigen rendah dapat menyebabkan stres sel. Namun, satu studi melaporkan bahwa stres itu dapat memicu HSP27 yang berfungsi sebagai mekanisme anti-apoptosis.
Potensi Sel Punca untuk Terapi Kerusakan Saraf
Sel punca mesenkimal (MSCs) diperoleh dari berbagai jenis jaringan, termasuk jaringan adiposa. Jaringan adiposa (HADMSCs) menawarkan sumber MSC yang melimpah dengan akses mudah dan tidak menyakitkan bagi pasien. Selain itu, sel mesenkimal dari folikel rambut manusia (hHFDMSCs) juga menunjukkan potensi yang menarik.
Kedua jenis sel ini menarik perhatian karena kemampuan diferensiasi dan pembaruan diri yang tinggi. HADMSCs dan hHFDMSCs dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, termasuk adiposit, osteosit, dan kondrosit. Penelitian menunjukkan bahwa hADMSCs memiliki multipoten yang lebih tinggi dibandingkan dengan MSC dari sumsum tulang.
Menganalisis Heterogenitas MSC
Untuk memahami heterogenitas MSC, peneliti menerapkan label penanda MSC pada sel-sel tersebut. Ini memberikan informasi mengenai kapasitas proliferasi sel, seperti Oct4 dan Sox2. hADMSCs dan hHFDMSCs menunjukkan kemampuan yang baik dalam diferensiasi, memungkinkan mereka menjadi berbagai tipe sel.
Proses Induksi
Rangsangan dari hADPMSC dan hHFDMSC dilakukan menggunakan faktor pertumbuhan. Selanjutnya, proses inkubasi berlangsung dengan pengamatan menggunakan penanda seperti GFAP dan Hoechst. Meskipun berasal dari sumber berbeda, keduanya menunjukkan fenotipe sel yang mirip neuron.
Analisis faktor bioaktif dilakukan untuk mengevaluasi sekresi bioaktif menggunakan ELISA. Penelitian menunjukkan bahwa mekanisme ini dipicu oleh EGF, FGF, dan PDGF, yang berkontribusi pada fungsi neurogenik MSC.
Kesimpulan
HADMSCs dan hHFDMSCs menunjukkan kemampuan serupa untuk bertransformasi menjadi sel saraf. Hal ini membuka potensi besar bagi terapi regeneratif untuk pasien dengan penyakit neurologis di masa depan. Penelitian ini menyoroti kebutuhan akan inovasi dalam terapi sel punca untuk mengatasi tantangan saat ini dalam efektivitas transplantasi.