Headline24jam.com – Prof. Wardana dari Universitas Brawijaya mengungkapkan bahwa penelitian penggunaan etanol sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) telah dilakukan sejak tahun 1980-an, dan menemukan potensi besar dalam implementasinya di Indonesia. Riset ini kembali relevan seiring dengan meningkatnya harga bahan bakar fosil dan kebutuhan untuk mengurangi impor minyak.
Penelitian Sejak Tahun 1980-an
Menurut Prof. Wardana, saat itu etanol dicampur sebanyak 20-30% dalam BBM, dengan dukungan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di bawah kepemimpinan B.J. Habibie. Namun, program ini terhenti karena harga bahan bakar fosil yang terlalu murah di dalam negeri.
Perubahan Situasi Energi
Wardana menegaskan bahwa perubahan situasi harga bahan bakar saat ini menjadikan program biofuel lebih relevan. “Sekarang kondisinya berbeda. Harga bahan bakar jadi mahal dan kita sudah impor,” jelasnya.
Keuntungan Campuran Etanol
Hasil riset terbaru menunjukkan bahwa penambahan etanol dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pembakaran mesin. “Penambahan etanol justru meningkatkan kualitas bahan bakar,” tambahnya.
Kebijakan Mandatori E10 dan B50
Pemerintah, melalui Kementerian ESDM, merencanakan penerapan mandatori E10 (etanol 10%) untuk bensin dan B50 (biodiesel 50%) untuk solar pada 2026. Langkah ini diprediksi akan mengurangi impor minyak hingga 10–20%, terutama karena sebagian besar bahan bakar yang diimpor digunakan untuk transportasi.
Reformasi Kebijakan Energi
Andhyka Muttaqin, Dosen Fakultas Ilmu Administrasi UB, menilai kebijakan ini sebagai langkah reformasi yang penting. Dia menekankan perlunya tahapan jelas agar masyarakat dan industri dapat menerima kebijakan ini dengan baik.
Peluang Ekonomi
Dr. Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang, berpendapat bahwa kebijakan biofuel dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk membangun rantai pasok energi yang mandiri. “Keterlibatan masyarakat dalam produksi bioetanol dari pertanian akan membuka lapangan kerja,” ujarnya.
Sinergi Riset dan Kebijakan
Para akademisi sepakat bahwa kebijakan energi yang dipimpin Menteri ESDM Bahlil Lahadalia kini lebih realistis dan ilmiah. Dengan kolaborasi antara riset kampus dan kebijakan pemerintah, diharapkan Indonesia mampu menciptakan ekosistem bioenergi yang kuat.
Update berita dan artikel menarik lainnya di RM.ID. Dapatkan juga berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Bergabunglah di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update” untuk informasi lebih lanjut.