Headline24jam.com – Indonesia sedang menghadapi tantangan dalam perdagangan pasar bebas yang didominasi oleh pihak-pihak kuat dengan modal besar. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengajak masyarakat untuk mengurangi konsumsi produk impor dan lebih memilih produk makanan lokal demi mendukung perekonomian dalam negeri.
Dukungan untuk Ekonomi Desa
Pemerintah mendukung pengembangan ekonomi desa melalui berbagai program, termasuk Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini memerlukan sekitar 82,9 juta produk, seperti telur, ikan, ayam, sayur, dan buah, untuk memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat desa.
Fokus pada Keberagaman Pangan
Saat ini, distribusi ayam dan telur di Indonesia masih bergantung pada impor dari Thailand dan Malaysia. Negara ini juga mengimpor kedelai dan gandum dari Amerika Serikat. Menurut Menko Pangan, masyarakat diharapkan mengonsumsi komoditas yang melimpah di tanah air untuk mencapai swasembada pangan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Data Pertanian yang Positif
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras Indonesia diperkirakan mencapai 34,7 juta ton pada 2025, mengalami kenaikan 13,47% dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi jagung juga meningkat, mencapai 16,55 juta ton. Kenaikan harga gabah menjadi 6.500 rupiah per kg menunjukkan keberpihakan pemerintah terhadap petani.
Tantangan dalam Sektor Protein
Walaupun perbaikan kondisi pertanian di sektor karbohidrat sudah cukup baik, tantangan lain muncul dalam ketersediaan protein. Nelayan dan peternak masih menghadapi masalah kesejahteraan yang perlu perhatian lebih.
Kritik terhadap Paradigma Kebijakan Pangan
Akademisi dari Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, I Nengah Muliarta, menyatakan bahwa obsesi pemerintah terhadap swasembada beras merupakan bentuk kebijakan yang berbahaya. Ia mengatakan bahwa ketahanan pangan tidak hanya berkisar pada ketersediaan beras, tetapi juga harus mencakup keberagaman pangan seperti umbi-umbian.
Muliarta mengingatkan bahwa padi adalah tanaman yang memerlukan perawatan khusus dan air yang melimpah. Dia mengkritik kebijakan yang terlalu fokus pada padi, yang justru mengabaikan potensi tanaman lain yang lebih mudah tumbuh di berbagai jenis lahan.
Kesehatan Masyarakat dan Gizi
Data menunjukkan prevalensi diabetes di Indonesia cukup tinggi, salah satu penyebabnya adalah konsumsi nasi putih yang berlebihan. Muliarta menekankan pentingnya variasi dalam konsumsi pangan, dengan menambahkan umbi-umbian yang lebih sehat, kaya serat, dan rendah indeks glikemik.
Dengan demikian, inisiatif untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor dan mendukung produk lokal bukan hanya menjadi usaha untuk menjaga ekonomi, tetapi juga untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.