
Headline24jam.com – Sanae Takaichi telah menciptakan sejarah baru sebagai Perdana Menteri (PM) perempuan pertama Jepang setelah berhasil meraih kemenangan dalam pemungutan suara di parlemen pada Selasa sore. Dalam pemilihan ini, Takaichi, yang sebelumnya terpilih sebagai Ketua Partai Liberal Demokratik (LDP) pada 4 Oktober 2025, menunjukkan kepemimpinannya di tengah rendahnya tingkat representasi politik perempuan di Jepang.
Latar Belakang Takaichi
Sanae Takaichi, lahir 7 Maret 1961 di Prefektur Nara, tidak berasal dari keluarga politik elite. Ayahnya bekerja di pabrik otomotif dan ibunya adalah seorang polisi. Ia menyelesaikan pendidikan di Universitas Kobe dengan gelar di bidang manajemen bisnis dan melanjutkan studi di Institusi Pemerintahan dan Manajemen Matsushita.
Karir Awal di Dunia Politik
Takaichi memasuki dunia politik pada tahun 1990-an. Setelah memenangkan kursi di DPR pada 1993, ia memulai karirnya di New Frontier Party sebelum bergabung dengan LDP. Ia dikenal sebagai murid dari mantan Perdana Menteri Shinzo Abe dan pernah menjabat di beberapa posisi penting dalam kabinetnya.
Jabatan yang Dipegang
Selama pemerintahan pertama Shinzo Abe, Takaichi menduduki berbagai jabatan, termasuk Menteri Negara untuk Inovasi dan Kesetaraan Gender. Di pemerintahan kedua Abe, ia menjabat sebagai Menteri Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi serta Menteri Negara untuk Keamanan Ekonomi di bawah Fumio Kishida.
Pandangan dan Kontroversi
Sebagai sosok yang konservatif dan nasionalis, Takaichi dikenal aktif mengunjungi Kuil Yasukuni, yang menjadi simbol militerisme Jepang bagi negara-negara tetangga. Meskipun tercatat sebagai Perdana Menteri perempuan pertama, pandangannya mengenai isu-isu sosial, termasuk penolakan terhadap pernikahan sesama jenis, menjadi sorotan publik.
Harapan dan Tantangan ke Depan
Takaichi menghadapi tantangan besar dalam memimpin Jepang, terutama dalam membuktikan bahwa kepemimpinannya tidak terhambat oleh pandangan konservatif. Banyak yang menantikan langkah-langkah progresif dalam meningkatkan kesetaraan gender dan isu-isu sosial lainnya.
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Catatan: Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling, atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.