
Headline24jam.com – Raja Tamperan Barmawijaya, sosok penting dalam sejarah Kerajaan Galuh, dikenal karena ambisinya yang membawa bencana. Dalam legenda yang kaya akan intrik dan pengkhianatan ini, Tamperan terlibat dalam rencana kelam yang mengarah pada tragedi kematiannya.
Kisah Raja Tamperan Barmawijaya
Awalnya, Tamperan Barmawijaya bukanlah raja yang sah. Ia hanya seorang menteri yang dipercaya oleh Prabu Permana Di Kusumah, raja Kerajaan Galuh. Kepercayaan tersebut memberinya posisi penting, namun harta tahta menggoda ambisinya dan menyulut konflik di istana.
Intrik di Dalam Istana
Di istana Galuh, terdapat dua permaisuri, Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum, yang keduanya sedang hamil. Ketika Dewi Pangrenyep melahirkan anak lelaki, Dewi Naganingrum menyusul dengan prediksi bahwa bayinya akan jadi penerus tahta. Hal ini ditakuti oleh Tamperan dan Dewi Pangrenyep.
Rencana Licik
Ambisi mereka mendorong Tamperan dan Dewi Pangrenyep untuk menciptakan rencana jahat. Saat Dewi Naganingrum melahirkan, mereka menukar bayinya dengan anjing dan membuangnya ke Sungai Citanduy. Peristiwa ini menjadi awal kisah kelam dalam legenda Ciung Wanara.
Bayinya ditemukan oleh warga, dibesarkan dan tumbuh menjadi pemuda gagah bernama Ciung Wanara. Sementara itu, Tamperan terus berupaya menyingkirkan Dewi Naganingrum dengan bantuan Batara Lengser.
Ciung Wanara Menuntut Keadilan
Ciung Wanara, yang tumbuh menjadi pemuda pemberani, ingin menuntut balas atas kejahatan yang dilakukan Tamperan. Ia memanfaatkan tradisi sabung ayam untuk mencapai tujuannya. Tamperan memiliki ayam jago andalan, Si Jeling, yang tak terkalahkan.
Dengan strategi yang cerdik, Ciung Wanara mengalahkan Si Jeling dan meraih setengah wilayah Kerajaan Galuh. Kemenangannya juga memicu pengungkapan kebenaran mengenai tipu daya Tamperan.
Akhir Tragis
Begitu mengetahui pengkhianatan tersebut, Ciung Wanara marah dan memenjarakan Dewi Pangrenyep. Konfrontasi pun tak terhindarkan ketika putra Dewi Pangrenyep, Hariang Banga, memimpin serangan untuk membebaskan ibunya. Pertempuran besar terjadi, dan Tamperan serta Dewi Pangrenyep akhirnya tewas. Kematian mereka menandai akhir kelam dari perjalanan hidup Tamperan.
Pesan Moral
Kisah Raja Tamperan Barmawijaya tidak hanya menggambarkan perebutan kekuasaan. Ada pelajaran penting tentang kejujuran dan keadilan yang selalu menang pada akhirnya. Kisah ini juga menggambarkan pentingnya kesetiaan dan kebijaksanaan, seperti yang ditunjukkan Batara Lengser ketika tidak tunduk pada perintah jahat.
Raja Tamperan Barmawijaya dikenang sebagai tokoh intrik yang, meskipun berakhir tragis, mengajarkan bahwa ambisi berlebihan dan pengkhianatan hanya akan membawa kehancuran.