
Headline24jam.com – Direktur Eksekutif Algoritma, Aditya Perdana, menyatakan bahwa kepuasan publik terhadap pemerintahan Prabowo–Gibran selama setahun terakhir berada pada tingkat moderat. Pernyataan tersebut disampaikan pada Selasa di Depok, menyoroti bahwa masyarakat masih memberikan ruang bagi pemerintah untuk membuktikan kinerjanya.
Evaluasi Tahun Pertama Pemerintahan
Aditya menjelaskan bahwa tahun pertama pemerintahan ini merupakan fase penting untuk menguji legitimasi publik. Ia menilai, ini adalah periode transisi dari euforia politik pascapemilu menuju penilaian konkret terhadap kinerja pemerintah.
Sementara itu, kalangan terdidik menunjukkan kehati-hatian dalam penilaian mereka. Mereka lebih memilih menunggu bukti nyata ketimbang retorika politik.
Tantangan dan Kesempatan
Meskipun pemerintah telah menjaga stabilitas politik dan memperkenalkan berbagai program populis, tantangan terbesar terletak pada pembuktian efektivitas kebijakan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Pemerintah masih memiliki peluang besar untuk memperbaiki persepsi publik, terutama dengan menunjukkan hasil nyata dari program prioritas,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa komunikasi publik yang reaktif tidak cukup, dan diperlukan transparansi serta konsistensi dalam pelaksanaan kebijakan.
Momen Penting bagi Prabowo–Gibran
Tahun pertama ini menjadi waktu krusial bagi pemerintahan Prabowo–Gibran untuk menyeimbangkan antara politik populisme dan tata kelola berbasis hasil. “Publik tidak menolak kebijakan populis, tetapi mereka ingin melihat dampaknya,” jelas Aditya.
Pemerintahan perlu memastikan bahwa setiap program benar-benar menjangkau kebutuhan dasar masyarakat.
Program Makan Bergizi Gratis
Direktur Riset dan Program Algoritma, Fajar Nursahid, menyoroti program populis Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dinilai masih efektif dalam menarik perhatian publik. Namun, ia mengingatkan agar pelaksanaannya dikawal dengan serius agar tidak kehilangan legitimasi.
“Program MBG menjadi wajah terkenal pemerintahan Prabowo–Gibran. Namun, popularitas tinggi tidak selalu mencerminkan keberhasilan,” ujar Fajar.
Ia menekankan perlunya memastikan kualitas pelaksanaan di lapangan untuk membangun kepercayaan publik. Tanpa pengelolaan narasi yang baik, eksposur tinggi dapat berbalik menjadi beban politik di masa mendatang.