
Headline24jam.com – Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tidak mencapai target 5,3 persen yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Proyeksi dari Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dan Bank Pembangunan Asia (ADB) menunjukkan angka pertumbuhan di bawah 5 persen.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 mencapai 4,9 persen, sama dengan prediksi ADB yang telah direvisi turun dari asumsi awal sebesar 5,0 persen. Ketidakpastian global menjadi salah satu faktor penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Evaluasi Kebijakan
Proyeksi ini menjadi sinyal bagi pemerintah untuk mengevaluasi kondisi perekonomian riil. Minimnya serapan anggaran dan belanja yang tidak efektif perlu ditinjau kembali agar bisa memperkuat ekonomi masyarakat.
Langkah Menuju Target Jangka Panjang
Yusuf Rendi Manilet, peneliti Ekonomi di Core Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, menyatakan bahwa untuk mencapai target ambisius pertumbuhan ekonomi jangka panjang sebesar 8 persen, ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan.
“Percepatan infrastruktur dan peningkatan investasi, baik publik maupun asing, sangat penting untuk menurunkan biaya logistik dan membuka pasar baru,” ujarnya.
Diversifikasi Ekonomi
Rendi juga menekankan pentingnya diversifikasi ekonomi melalui hilirisasi komoditas. Hal ini harus diimbangi dengan pengembangan sektor non-komoditas seperti manufaktur berteknologi dan layanan modern.
“Upaya ini bertujuan agar pertumbuhan tidak terjebak di sekitar 5 persen,” tambahnya.
Peningkatan Produktivitas
Untuk meningkatkan produktivitas, Rendi menekankan perlunya pendidikan, pelatihan, serta adopsi teknologi. Pemerataan pembangunan antarwilayah juga menjadi aspek yang tidak kalah penting.
Tantangan di Sektor Rumah Tangga
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menyoroti tantangan yang dihadapi oleh masyarakat pada kuartal IV-2025. Dia mencatat kemungkinan lonjakan harga bahan pokok, termasuk beras.
“Ekonomi yang melemah menyebabkan konsumsi rumah tangga tersedot, dan kelas menengah semakin menyusut,” tegas Bhima.
Fokus pada Serapan Anggaran
Dia menambahkan bahwa pemerintah perlu meningkatkan serapan anggaran dan menghentikan program yang tidak efektif. “Program yang tidak memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi harus dihentikan,” pungkasnya.
Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat berada pada jalur yang lebih positif.