
Headline24jam.com – Tradisi Pesta Dadung Kuningan di Jawa Barat merupakan perayaan yang sarat makna, sebagai bentuk syukur masyarakat atas hasil bumi dan ternak. Kegiatan ini telah dilaksanakan secara turun-temurun dan menjadi simbol kuatnya ikatan budaya masyarakat Sunda dengan alam dan leluhur. Pesta Dadung berlangsung setiap tahun, khususnya di Desa Legokherang, Kecamatan Subang, sejak awal abad ke-18.
Sejarah dan Makna Pesta Dadung Kuningan
Tradisi ini dimulai sekitar tahun 1900-an, sebagai bentuk pemujaan kepada Ratu Galuh, dewi pelindung hasil pertanian dan ternak. Masyarakat percaya bahwa melalui upacara ini, mereka dapat terhindar dari gagal panen. Hingga kini, Pesta Dadung dilaksanakan bersamaan dengan upacara seren taun, menegaskan hubungan harmonis masyarakat dengan alam.
Makna Kata “Dadung”
Kata “dadung” umumnya merujuk pada tali pengikat hewan ternak, yang bagi masyarakat Sunda memiliki makna spiritual penting. Tali ini terdiri dari dua jenis: dadung sepuh yang dianggap sakral dan dadung penggembala yang digunakan sehari-hari. Kedua jenis tali ini diharapkan dapat memberikan perlindungan untuk hewan ternak dan semangat bagi para penggembala.
Persiapan dan Prosesi Ritual
Persiapan upacara diawali dengan pengumpulan berbagai jenis dadung yang dimasukkan ke dalam kotak hitam. Saat itu, sesepuh desa menyiapkan sesajen dan membacakan mantra-mantra sakral disertai tabuhan gamelan, menandakan dimulainya prosesi Pesta Dadung.
Mantra Penuh Makna
Salah satu elemen penting dalam upacara ini adalah mantra dadung yang dilantunkan oleh para sesepuh. Mantra ini berisi permohonan keselamatan dan berkah, membuat masyarakat percaya bahwa hasil panen akan berlimpah dan hewan ternak akan terhindar dari penyakit.
Prosesi Arak-arakan dan Hiburan
Setelah doa, peserta mengarak tali dadung menuju Bukit Situ Hyang. Di sepanjang perjalanan, gamelan mengiringi irama tradisional. Setiba di bukit, ritual dilanjutkan dengan tarian ronggeng dan pembuangan hama sebagai simbol pembersihan lahan pertanian.
Tarian Tayuban Hingga Dini Hari
Acara tidak berhenti pada arak-arakan. Tayuban, pesta tari yang diikuti oleh seluruh masyarakat, dilakukan dengan antusias hingga pagi tiba. Mereka akan menari hingga pukul 04:00, menjadikan Pesta Dadung sebagai momen yang sangat dinanti.
Pelestarian dan Daya Tarik Wisata
Sebagai Warisan Budaya Tak Benda, Pesta Dadung memiliki potensi besar untuk wisata. Pemerintah dan masyarakat setempat berupaya melestarikan tradisi ini agar generasi muda tetap mengenal warisan budaya nenek moyang. Bagi wisatawan, pengalaman ini menyuguhkan keindahan kearifan lokal Jawa Barat yang berwarna.
Kesimpulan
Pesta Dadung Kuningan bukan hanya ritual syukur, tetapi juga representasi identitas budaya masyarakat Sunda. Melalui pelestarian tradisi ini, masyarakat Kuningan berkomitmen menjaga jati diri bangsa dan mengingatkan kita akan pentingnya hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.