
Headline24jam.com – Di tengah sengketa tanah yang melilitnya, Ashanty mengungkapkan kisah masa kecil yang mendalam. Tanah warisan dari ayahnya di Cinangka, Depok, bukan sekadar aset, melainkan simbol kenangan berharga bersamanya.
Kenangan Masa Kecil
Ashanty mengisahkan bahwa waktu kecil, ia jarang bertemu ayahnya. Satu-satunya tempat untuk bertemu adalah tanah warisan tersebut. “Waktu kecil saya sulit bertemu papa, jadi kami sering diajak mancing di sini,” ungkapnya mengenang momen manis saat memancing dan memanggang hasil tangkapan di saung sederhana.
Rencana Yayasan
Bukan hanya kenangan, Ashanty dan keluarganya ingin menjadikan lahan itu sebagai yayasan untuk anak-anak. “Kita ingin membangun yayasan dan rumah kecil untuk mereka,” ujarnya. Namun, impian tersebut tampaknya sirna karena tanah kini dikuasai pihak developer.
Tindakan Tegas
Ashanty tidak tinggal diam. Ia memperingatkan bahwa pembangunan di atas hak orang lain hanya akan mengundang masalah. “Ini adalah hak orang lain, apa pun yang kamu lakukan pasti akan ada konsekuensinya,” tegasnya. Kekecewaannya semakin bertambah saat pihak developer tidak konsisten, meski sebelumnya telah menjanjikan diskusi.
Kekecewaan Terhadap Developer
Ashanty menekankan bahwa pihak developer sudah mengetahui sengketa kepemilikan. “Mereka bahkan datang ke rumah dan melakukan negosiasi, tetapi tiba-tiba saja pembangunan tetap berjalan,” ujar Ashanty, mengekspresikan kekecewaannya atas tindakan yang dianggap tidak sesuai.
Dengan kisah ini, Ashanty menunjukkan bahwa di balik sengketa, ada harapan dan kenangan masa lalu yang tak tergantikan.