
Headline24jam.com – Nilai tukar rupiah mengalami penurunan signifikan pada hari ini, Kamis (25/9), yang membuatnya menjadi mata uang paling lemah di Asia terhadap dolar Amerika Serikat. Dalam pemantauan data Refinitiv oleh CNBC Indonesia, rupiah terperosok hingga 0,39% ke level Rp16,735 per dolar AS pada pukul 09.15 WIB.
Kondisi ini mengguncang pasar, sementara mata uang lain di Asia menunjukkan kekuatan yang berbeda. Won Korea Selatan mencatatkan kinerja terbaik, terapresiasi sebesar 0,36%, mencapai KRW 1,399.9 per dolar AS. Di sisi lain, peso Filipina juga merosot hingga 0,35% menjadi PHP 57,96 per dolar AS.
Perbandingan dengan Mata Uang Lain
Rupiah yang lemah ini dipicu oleh beberapa faktor. Disaat yang sama, ringgit Malaysia melemah sebesar 0,24% ke posisi MYR 4,215 per dolar AS. Meskipun demikian, dolar AS justru menguat terhadap sejumlah mata uang Asia lainnya. Baik dolar Taiwan, baht Thailand, dan dong Vietnam mengalamai penurunan masing-masing sebesar 0,14%, 0,12%, dan 0,06%.
Pertanda dari The Fed
Namun, jangan salah, beberapa mata uang Asia lain tengah menunjukkan tren positif. Melihat yen Jepang yang menguat sebesar 0,17% ke posisi JPY 148,65 per dolar AS, serta angka menunjukkan dolar Singapura, rupee India, dan yuan China juga menguat. Apa yang menyebakan ini? Selain volatilitas indeks dolar AS atau DXY, sikap The Federal Reserve (The Fed) turut memengaruhi.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa keputusan terkait suku bunga sangat bergantung pada data inflasi dan tenaga kerja yang akan dirilis dalam waktu dekat. Ini memberikan harapan bagi pasar meskipun pemangkasan suku bunga telah dilakukan minggu lalu.
Dengan terus memantau perkembangan ini, investor dan pelaku pasar di Asia pasti akan terus merasakan ketegangan di tengah fluktuasi nilai tukar yang sedang terjadi.
(agn/fik)