
Headline24jam.com – Mike Ashley, mantan ketua Newcastle United, terus mengikuti perkembangan dramatis di Sheffield Wednesday, yang semakin memburuk dalam 24 jam terakhir. Situasi keuangan klub Championship ini menjadi kritis karena terdapat kemungkinan pihak HM Revenue and Customs (HMRC) akan mengajukan petisi winding-up, menyusul kurangnya tindakan dari pemilik saat ini, Dejphon Chansiri, yang belum menyelesaikan utang pajak senilai sekitar £1 juta.
Masalah ini menandai serangkaian insiden yang kontroversial di Hillsborough, yang dimulai sejak Maret. Saat itu, para pemain senior tim yang dilatih Danny Rohl, bersama manajemen dan staf klub, tidak menerima gaji mereka tepat pada waktunya, dan penundaan sama terus berlanjut selama lima dari tujuh bulan berikutnya. Keadaan ini telah memicu beragam sanksi dari EFL, termasuk lima embargo terkait transfer dan pembatasan biaya transfer yang berlaku hingga setidaknya 2027. Situasi ini menyebabkan hilangnya banyak pemain senior dan pelatih kepada yang kemudian mengawasi transfer penuh ketidakpastian saat skuad Owls tidak tampil di depan penggemar. Saat ini, pelatih yang baru, Henrik Pedersen, menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan status klub di divisi dua dengan kekhawatiran akan keberadaan klub yang semakin meningkat.
Supporter Sheffield Wednesday optimis ada kemungkinan terjadi pengambilalihan, dengan beberapa nama ternama menunjukkan minat, termasuk Mike Ashley. Ketertarikan Ashley untuk mengambil alih klub ini belum berkurang, meskipun posisi Chansiri menjadi semakin tertekan ketika banyak penggemar menyuarakan ketidakpuasan mereka. Sejak berita awal mengenai ketidakpuasan di klub menyebar, banyak yang mempertanyakan lamanya kepemimpinan Chansiri yang telah berlangsung selama satu dekade.
Juli lalu, terungkap bahwa Chansiri menolak tawaran sekitar £30 juta dan £40 juta untuk menjual klub. Ia bahkan dikabarkan sedang menunggu tawaran yang mendekati £100 juta, yang dinilai banyak pihak sebagai harga yang tidak realistis mengingat aset bernilai tinggi yang dimiliki klub saat ini sangat minim. John Textor, seorang investor asal Amerika yang memiliki sejarah investasi di Crystal Palace dan Lyon, telah dihubungkan dengan kepemilikan klub. Textor mengisyaratkan bahwa ia mungkin berani mendiskusikan harga sekitar £70 juta.
Situasi di Sheffield Wednesday semakin bertambah buruk, dengan ancaman administrasi dan perintah winding-up mengintai klub. Utang pajak yang belum terbayar dapat mengakibatkan sanksi poin, yang kedua kalinya selama masa jabatan Chansiri sebagai pemilik. Untuk yang pertama kalinya, klub dikenakan denda 12 poin pada musim 2020/21 karena pelanggaran regulasi pengeluaran yang berujung pada relegasi ke League One.
Kemunculan ‘Regulator Sepak Bola Independen’ memberikan harapan baru bagi penggemar, dengan ketua baru David Kogan menyatakan sikapnya dan berbicara dengan berbagai kelompok suporter. Harapan bahwa masalah ini bisa segera teratasi mengemuka, untuk meringankan beban pemain, pelatih, dan staf yang berjuang dalam kondisi yang sangat tidak mendukung.
Dalam situasi sulit ini, performa di lapangan menjadi sorotan, dengan Sheffield Wednesday saat ini bersaing di posisi terbawah klasemen dengan enam poin, hanya tiga poin di atas rival sejawatnya, Sheffield United. Meski ada sedikit peningkatan dengan deretan hasil tanpa kalah, termasuk kemenangan 2-0 di Portsmouth, keadaan klub tidak dapat dipisahkan dari hasil-hasil buruk yang diterima saat menghadapi tim unggulan seperti Coventry City.
Akhirnya, Pedersen dan skuad yang mempertahankan momentum ini akan bertemu Charlton Athletic yang juga sedang dalam tren positif setelah kesuksesan playoff mereka. Dengan semua yang dipertaruhkan, setiap pertandingan bagi Sheffield Wednesday menjadi krusial, bukan hanya dari segi poin, tetapi juga untuk mencoba memulihkan kepercayaan dan harapan penggemar yang telah berjuang dalam menghadapi krisis ini.
Headline SEO (H1): Mike Ashley Terus Pantau Situasi Krisis di Sheffield Wednesday
Meta description: Mike Ashley mengawasi perkembangan krisis di Sheffield Wednesday, klub yang terancam akibat utang pajak besar dan masalah administratif.