
Headline24jam.com – Pabrikan mobil mewah Jaguar Land Rover (JLR) mengalami krisis serius akibat serangan siber yang terjadi pada akhir Agustus 2025. Insiden ini, yang terdeteksi pada 31 Agustus, memaksa JLR untuk mematikan sistem komputer globalnya dan menghentikan produksi mobil di pabrik-pabrik di Inggris, Slovakia, India, dan Brasil selama hampir satu bulan. Serangan ini telah memicu gangguan besar dalam rantai pasokan otomotif Inggris dan memperlukan dukungan finansial dari pemerintah.
Dampak Serangan Siber
JLR diperkirakan mengalami kerugian produksi sebesar £50 juta (sekitar Rp 1,1 triliun) setiap minggu. Ekonom memperkirakan bahwa total kerugian akibat downtime selama sebulan mencapai £1,7 miliar (sekitar Rp 38 triliun). Jaringan pemasok JLR, yang didominasi oleh perusahaan kecil dan menengah dengan model “Just-in-Time” (JIT), mendapatkan dampak terparah. Banyak dari mereka berjuang dengan likuiditas yang parah, bahkan beberapa terpaksa merumahkan karyawan dan mencari jaminan pribadi untuk pinjaman darurat.
Respons dari Pemerintah Inggris
Peter Kyle, Secretary of State for Business and Trade Inggris, menegaskan bahwa serangan ini bukan hanya melukai merek ikonik, tetapi juga menargetkan sektor otomotif yang vital bagi perekonomian. Untuk meredakan krisis, pemerintah Inggris mengumumkan jaminan pinjaman sebesar £1,5 miliar (sekitar Rp 33,5 triliun) kepada JLR serta tambahan pinjaman £2 miliar (sekitar Rp 44,7 triliun) dari bank-bank komersial.
Pemulihan Lanjutan JLR
JLR saat ini sedang melakukan pemulihan operasional yang disebut “restart bertahap dan terkontrol.” Beberapa sistem IT krusial sudah dipulihkan, termasuk yang memungkinkan pembayaran kepada pemasok dan pengiriman suku cadang ke bengkel. Produksi terbatas di pabrik mesin di Wolverhampton diharapkan bisa dilanjutkan dalam beberapa hari ke depan, dengan pengujian sistem yang dilakukan untuk memastikan keamanan dari malware.
JLR menyatakan bahwa timnya bekerja sama dengan spesialis keamanan siber dari National Cyber Security Centre (NCSC) dan lembaga penegak hukum untuk memastikan proses pemulihan dilakukan dengan aman. Insiden ini menggambarkan tantangan yang dihadapi sektor manufaktur modern yang sangat terhubung dalam menghadapi ancaman cyber.