Headline24jam.com – Mazda menghadapi tantangan besar dalam meluncurkan mobil sport dengan mesin rotary setelah berhenti memproduksinya pada 2012 dan memperkenalkan konsep RX Vision pada 2015. Meskipun ada harapan baru dengan kehadiran mesin rotary di MX-30 E-Skyactiv R-EV pada tahun 2023, faktor finansial menjadi kendala utama.
Menurut Ryuichi Umeshita, Chief Technology Officer (CTO) Mazda, perusahaan kesulitan untuk membenarkan investasi yang diperlukan untuk memproduksi model Iconic SP. Ia menegaskan, “Satu-satunya isu utama adalah finansial.” Pada 2024, Mazda hanya menjual 1.277.578 mobil, jauh dari angka BMW yang mencapai 2.200.217. Situasi ini membuat Mazda enggan untuk mengeluarkan biaya besar pada produk yang diperkirakan akan menjadi barang niche.
Menghitung Prioritas
Dengan banyak proyek di tangannya, seperti platform listrik baru dan pengembangan mesin hybrid, Mazda berupaya menjaga pengeluarannya agar tetap efisien. Selain itu, mereka tengah mengembangkan mesin bensin baru berkapasitas 2.5 liter yang dinamakan “Skyactiv-Z,” menggantikan semua powertrain Skyactiv-G dan Skyactiv-X berkapasitas empat silinder. Proyek ini dianggap vital, terutama mengingat regulasi emisi yang semakin ketat di seluruh dunia.
“Skyactiv-Z adalah langkah terakhir menuju mesin pembakaran internal ideal,” ungkap Umeshita. Hasil dari pengembangan mesin ini juga akan diterapkan pada mesin inline-six yang lebih besar, digunakan dalam SUV seperti CX-60.
Fokus pada MX-5
Mazda mengonfirmasi pengembangan MX-5 generasi baru yang diharapkan akan hadir dengan mesin yang lebih besar. Bagi penggemar, beralasan untuk Mazda menjaga fokus pada MX-5 dan menunda ambisi rotary-nya. Kesuksesan MX-5 selama ini menjadi landasan kuat bagi keberlangsungan merek Mazda.
Umeshita juga menyinggung kemungkinan kembalinya mesin rotary untuk menggerakkan roda, meski ada tantangan signifikan untuk memenuhi standar emisi global. “Tim rotary kami memiliki keahlian untuk membuatnya bekerja dalam kedua peran,” katanya. Pengembalian mesin rotary ke fungsinya semula akan menjadi langkah lanjut setelah memperbaiki efisiensi dan emisi.
Kesimpulan
Mazda tampaknya lebih bijak jika berfokus pada penjualan model yang lebih populis seperti MX-5, daripada mengambil risiko dengan proyek rotary yang lebih mahal dan berpotensi sulit untuk menghasilkan laba. Dalam menghadapi era elektrifikasi, strategi “Lean Asset” baru-baru ini bertujuan untuk mengurangi biaya kolaborasi dengan merek lain.
Memperhitungkan situasi saat ini, pendekatan hati-hati Mazda dalam investasi memiliki alasan yang kuat. Mengingat kebutuhan untuk memprioritaskan model yang memiliki potensi penjualan lebih tinggi, penundaan untuk memproduksi mobil sport rotary mungkin adalah langkah yang paling rasional dalam jangka pendek.