
Headline24jam.com – Long before becoming a significant locale in biblical tales, the Red Sea experienced a dramatic and tumultuous history. Spanning millions of years, this sea, located between Africa and Asia, underwent periods of submersion and desiccation. A recent study led by scientists from the King Abdullah University of Science and Technology (KAUST) reveals how the Red Sea transformed due to catastrophic environmental changes, particularly around 6.2 million years ago.
Sejarah Geologi Red Sea
Penelitian menunjukkan bahwa Red Sea pertama kali terbentuk sekitar 30 juta tahun yang lalu ketika Lempeng Arab dan Lempeng Afrika terpisah. Pada awalnya, itu adalah lembah sempit yang dipenuhi danau sebelum menjadi teluk lebih luas akibat banjir dari Laut Tengah sekitar 23 juta tahun lalu. Pada masa itu, kehidupan laut berkembang pesat, seperti yang dibuktikan oleh fosil terumbu yang banyak ditemukan di pantai utara Saudi Arabia, khususnya di daerah Duba dan Umlujj.
Namun, sekitar 16 juta tahun yang lalu, kehidupan di Red Sea mengalami kemunduran dramatis akibat peningkatan salinitas yang disebabkan oleh penguapan yang sangat intens dan sirkulasi air yang buruk. Hal ini mengakibatkan hilangnya hampir seluruh kandungan air di Red Sea, yang kemungkinan terkait dengan Krisis Salinitas Messinian, di mana Laut Tengah juga berubah menjadi cekungan asin yang sangat besar selama sekitar setengah juta tahun.
Banjir Kolosal yang Mengubah Segalanya
Kondisi kering yang ekstrem ini berakhir saat terjadinya banjir kolosal dari Samudra Hindia yang merobek dinding laut ini, membawa air laut dan menghidupkan kembali Red Sea. Transformasi ini tidak hanya mengembalikan kondisi laut tetapi juga merekoneksi Red Sea dengan samudera di seluruh dunia.
Dr. Tihana Pensa, peneliti utama di KAUST, mengatakan, “Temuan kami menunjukkan bahwa cekungan Red Sea mencatat salah satu peristiwa lingkungan terburuk di Bumi, ketika ia mengering sepenuhnya dan kemudian tiba-tiba diisi kembali sekitar 6,2 juta tahun yang lalu. Banjir ini mengubah cekungan, mengembalikan kondisi lautan, dan memastikan koneksi yang tahan lama antara Red Sea dan Samudra Hindia.”
Tantangan Terkini bagi Ekosistem
Saat ini, Red Sea menghadapi ancaman baru dari perubahan iklim. Riset terkini menunjukkan bahwa suhu yang meningkat menyebabkan tekanan besar pada terumbu karang, yang merupakan fondasi biodiversitas laut. Meski Red Sea pernah melewati banyak fase perubahan dramatik, banyak ahli menggarisbawahi bahwa perubahan yang terjadi saat ini berlangsung dengan sangat cepat.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Communications Earth & Environment dan memberikan wawasan lebih dalam mengenai dinamika geologis serta lingkungan yang mempengaruhi Red Sea sepanjang sejarah.